TRIBUNNEWS.COM - Setiap tanggal 13 Oktober masyarakat dunia memperigati Hari Tanpa Bra atau No Bra Day.
Bukan gerakan vulgar, melainkan berisi pesan moral untuk meningkatkan kesadaran wanita terhadap bahaya kanker payudara.
Melalui peringatan tersebut, perempuan di seluruh dunia diajak tidak memakai bra selama satu hari.
Hal itu dilakukan untuk mendukung dan memberi semangat para survivor kanker payudara di seluruh dunia.
Gerakan ini dimulai pada tahun 2011 yang berlangsung di media sosial dengan tanda pagar #nobraday, bertepatan dengan Bulan Kanker Payudara yang diperingati setiap bulan Oktober.
Kampanye hari tanpa bra dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong perempuan untuk melakukan pemeriksaan diri, screening, dan memastikan mereka mengetahui tanda-tanda kanker payudara.
Baca juga: 13 Oktober Diperingati Sebagai No Bra Day atau Hari Tanpa Bra, Berikut Manfaat Tidak Memakai Bra
Para wanita dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan mammogram pada 13 Oktober, yang dapat membantu mendeteksi kanker payudara hingga dua tahun sebelum kanker dapat dirasakan oleh pasien atau dokter.
Kunci Jawaban PAI Kelas 11 Halaman 94 95 96 97 Kurikulum Merdeka, Uji Kompetensi Bab 3 - Halaman all
20 Latihan Soal IPAS Kelas 4 SD BAB 4 Kurikulum Merdeka serta Kunci Jawaban, Perubahan Bentuk Energi
Hari Tanpa Bra ini juga diperingati dengan melakukan serangkaian kegiatan seperti keluar tanpa bra, berdonasi dan mengenakan pakaian ungu pada hari itu.
Sejarah bra di Indonesia
Di Indonesia bra disebut dengan BH. Hal ini berawal dari singkatan dari zaman Belanda yakni, Buste Houder (BH).
Saat diserap ke Bahasa Indonesia, yang tersisa hanya singkatannya saja yakni, BH.
Ada pula sebutan lain yakni, kutang. Sebutan ini juga ada sejarah tersendiri.
Melansir wikipedia, asal usul kata kutang berasal dari masa Deandles ketika menerapkan kerja paksa di Pulau Jawa.
Para pekerja paksa yang mengerjakan jalan dari Anyer - Panarukan merupakan warga pribumi baik laki-laki maupun perempuan.