News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Upaya Rutgers Indonesia Menyelamatkan Remaja Bebas dari Kekerasan dan Perilaku Seksual Berisiko

Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ini Penyebab Miss V Bau

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak remaja yang tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas dan bahaya kekerasan.

Padahal remaja juga menghadapi lingkungan yang penuh risiko, Mulai dari tindak kekerasan dari lingkungan terdekat, kehamilan tidak diinginkan, sampai infeksi menular seksual.

Adanya kesenjangan pengetahuan yang dimiliki remaja tentang berbagai bahaya-bahaya yang dapat merusak masa depannya, mencerminkan bahwa pendidikan seksual dan reproduksi yang tepat dikalangan remaja masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan, khususnya di Indonesia.

Menurut data perkawinan anak dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2018 dari Kemenppa BPS tercatat angka perkawinan anak di Indonesia terbilang cukup tinggi yaitu mencapai 1,2 juta kejadian.

Dari jumlah tersebut proporsi perempuan umur 20-24 tahun yang berstatus kawin sebelum umur 18 tahun adalah 11,21% dari total jumlah anak, artinya sekitar 1 dari 9 perempuan usia 20-24 tahun menikah saat usia anak. Jumlah ini berbanding kontras dengan laki-laki dimana 1 dari 100 laki-laki berumur 20 – 24 tahun menikah saat usia anak.

Baca juga: Edukasi Menjaga Kesehatan Alat Reproduksi Bagi Para Remaja Masih Dianggap Tabu

Hal ini menjadi suatu persoalan yang mendesak bagi Rutgers WPF Indonesia, sebagai organisasi non-profit yang bergerak pada isu Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), serta pencegahan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KGBS) merasa membutuhkan dedikasi yang kuat untuk dapat menyelamatkan remaja yang bebas dari kekerasan dan perilaku seksual berisiko yang dapat merugikan masa depannya.

RutgersWPF Indonesia mendukung anak muda Indonesia untuk menjadi pemimpin masa depan, dan mendorong mereka untuk memiliki kesempatan dalam pendidikan yang adil dan sejahtera pada masa pertumbuhannya.

Dalam mencapai upaya tersebut, seringkali anak muda menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, tantangan ini menghambat anak muda mencapai kondisi yang sehat, percaya diri, tumbuh sebagai remaja yang memiliki kebebasan berpikir, mengemukakan pendapat termasuk ruang untuk mengekspresikan diri.

Bertolak dari pemahaman diatas, lahirlah Program Get Up Speak Out [GUSO], Yes I Do [YID], Prevention+ [P+], Dance 4 Life [D4L], dan Explore4Action[E4A] yang digagas untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut.

"Program-program ini sudah dimulai sejak tahun 2016 dan berakhir pada bulan September 2020 dengan pencapaian yang membanggakan, dimana Rutgers WPF Indonesia bersama pemerintah dan mitra-mitra strategis terlibat dalam pembangunan khususnya untuk pemenuhan HAM melalui penghapusan kekerasan dan mempromosikan kesehatan seksual dan hak reproduksi di Indonesia," kata Country Representative Rutgers WPF Indonesia, Amala Rahmah dalam keterangannya, Rabu (21/10/2020).

Baca juga: Yuk Jaga Kesehatan Reproduksi: Pahami dan Rencanakan dengan Nyaman Kontrasepsimu

Ia menerangkan Program Get Up Speak Out (GUSO) berusaha mengisi kurangnya informasi dan layanan seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi remaja yang bertujuan untuk meningkatkan akses dan informasi terkait pendidikan dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang ramah remaja.

Tak hanya itu, GUSO juga ingin memberi ruang bagi remaja untuk bersuara akan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) mereka. Kami percaya, bahwa seluruh remaja termasuk yang terpinggirkan dan rentan, memiliki kendali untuk memilih dan menjalankan haknya tanpa stigma dan diskriminasi.

Country Representative Rutgers WPF Indonesia, Amala Rahmah

Program Yes I Do (YID) dilaksanakan oleh Rutgers WPF Indonesia bersama Plan International Indonesia yang berfokus pada pencegahan perkawinan anak, kehamilan remaja, dan praktik berbahaya bagi kesehatan reproduksi anak perempuan di Kabupaten Sukabumi, Rembang, dan Lombok Barat.
Kegiatan ini berkontribusi pada pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Pendidikan Berkualitas, dan Kesetaraan Gender, dengan memastikan remaja/anak perempuan menuntaskan pendidikan dasar 12 tahun tanpa terkendala karena perkawinan ataupun kehamilan tidak diinginkan pada remaja perempuan.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini