Sementara itu, retinol bukan kandungan bahan yang aktif sebelum dioleskan ke kulit.
Menurut Joshua Zeichner, MD, peneliti klinis bidang kosmetik, menjelaskan setelah dioleskan, sel kulit akan mengubah retinol menjadi asam retinoat.
"Proses konversi inilah yang menyebabkan kita butuh waktu lebih lama untuk melihat hasilnya," katanya.
Palm mengatakan, baik retinoid yang diresepkan dari dokter maupun retinol sama efektifnya dalam perawatan kulit.
"Karena retinyl ester perlu menjalani dua tahapan untuk diubah, bahan ini biasanya ditoleransi lebih baik dan dianggap sebagai salah satu bentuk vitamin A yang lebih ringan," tambah Zeichner.
Manfaat retinol
Retinol mengikat reseptor retinoid pada kulit, sehingga bahan ini meningkatkan pergantian sel dan merangsang produksi kolagen.
Retinol mengentalkan lapisan kulit yang lebih dalam dan meningkatkan kemampuan kulit untuk menahan air, memperbaiki garis-garis halus dan kerutan.
Selain itu, retinol juga menipiskan lapisan paling atas kulit, atau juga dikenal sebagai stratum corneum.
Menggunakan retinol secara teratur dapat membantu meminimalkan perubahan warna kulit (seperti bintik-bintik penuaan), meratakan warna dan tekstur, dan meningkatkan penyerapan obat topikal lain pada kulit.
"Selain pergantian kulit, retinol dapat membantu menormalkan fungsi kelenjar minyak dan folikel rambut, sehingga membantu mengatasi jerawat," sambung Palm.
Efek samping retinol
Namun, retinol memiliki efek samping. Bahan ini dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit secara signifikan.
"Terlalu banyak menggunakan turunan vitamin A ini dapat mengiritasi kulit dengan menyebabkan pergantian sel menjadi terlalu cepat dan fungsi pelindung kulit terganggu," kata Palm.