TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - DALAM laman Wikipedia, berkembang kepercayaan populer dalam masyarakat Indonesia bahwa istilah cendol berasal dari kata jendol.
Jendol merujuk pada bentuk cendol seperti jendol.
Jendol menurut kamus KBBI, adalah persamaan kata dari jendul yang berarti benjolan, biasanya di kepala.
Di Bandung, cendol dibuat dengan cara mengayak kukusan tepung beras yang diwarnai daun suji.
Sehingga diperoleh bentuk bulat lonjong yang lancip di ujungnya.
Nur Hidayah, putri dari perintis Cendol Elizabeth, menuturkan, untuk menyajikannya es cendol ini sangatlah mudah dan bahan-bahannya tidak sulit dicari di pasar.
"Umumnya es cendol terbuat dari sagu, warnanya yang hijau berasal dari daun suji, kalau untuk pewanginya diambil dari daun pandan, sehingga semua bahannya masih alami tanpa menggunakan campuran bahan kimia,” jelas Nur kepada Tribun Jabar , beberapa waktu yang lalu.
Bahan cendol terdiri dari 75 gram tepung beras, 50 gram tepung sagu aren/hunkwe, dua sendok teh 2 air kapur sirih, 100 ml air perasan pandan dan daun suji untuk pewarna alami, 500 ml air, dan seperempat sendok teh garam.
Untuk pemanis, cendol membutuhkan kinca.
Kinca adalah campuran dari 200 gram gula merah, 50 gram gula pasir, tiga lembar daun pandan diiris-iris, enam lembar daun jeruk, dan 150 ml air.
Untuk santannya dibutuhkan bahan 600 ml santan dari 1/2 butir kelapa, setenga sendok teh garam dua lembar daun pandan yang dipotong-potong 2 cm, dan empat mata nangka tanpa biji dipotong-potong.
Cara membuatnya tidak terlalu rumit.
Siapkan saringan cendol, taruh di atas wadah panci atau mangkuk besar yang berisikan air dingin yang banyak.
Untuk membuat cendolnya, pertama-tama campurkan tepung beras, tepung sagu, air kapur sirih dan air daun suji.