Laporan Reporter Tribun Jabar Kemal Setia Permana
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Bandung menyimpan banyak kuliner yang bertahan berpuluh-puluh tahun.
Kulinernya beragam mulai dari roti hingga minuman. Untuk minuman, ada Cendol Elizabeth yang bisa bertahan 42 tahun.
Cendol Elizabeth mulai dijajakan Rohman pada 1972.
Saat itu, dia berjualan menggunakan roda dan mangkal di depan toko tas Elizabeth di Jalan Oto Iskandardinata. Kini, Cendol Elizabeth dijual di gerai toko yang cukup megah.
Cendol Elizabeth tidak asing lagi di Kota Bandung. Bukan hanya terkenal di Kota Bandung, Es Cendol Elizabeth sudah melegenda dan terkenal seantero Nusantara, bahkan hingga mancanegara.
Pada Ramadan, Es Cendol Elizabeth menjadi kuliner buruan warga Kota Bandung dan sekitarnya. Rasanya yang menyegarkan membuat minuman ini menjadi pilihan saat iftar.
Menurut pengelola Es Cendol Elizabeth, Nur Hidayah, penjualan cendol Elizabeth biasanya selalu meningkat setiap Ramadan.
Kecuali, katanya, Ramadan tahun lalu karena ada pemberlakuan lockdown di mana-mana. Menurutnya, penjualan cendol relatif berjalan melambat.
"Untuk Ramadan tahun ini, dalam dua minggu awal penjualan Cendol Elizabeth meningkat sekitar 25 persen dibanding tahun lalu," tutur Nur saat ditemui Tribun Jabar di gerai cendol Elizabeth Jalan Inhoftank No 64, Astanaanyar, Kota Bandung.
Jika dibanding dengan hari biasa, kata Nur, lonjakan penjualan cendol Elizabeth mencapai kurang lebih hingga sepuluh kali lipat.
Menurutnya, euforia masyarakat dalam menyambut Ramadan tahun ini yang relatif lebih longgar dibanding tahun lalu menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya lonjakan penjualan.
Karena terjadi lonjakan penjualan ini, menurut Nur, pihak pengelola pun seperti biasa selalu menambah jumlah pegawai dibanding waktu normal. Penambahan pegawai, biasanya mencapai berlipat-lipat.
Sebelum pandemi, saat Ramadan penambahan pegawai bisa mencapai hampir 100 orang. Namun, sekarang, jumlah pegawai yang ditambah berkisar 30-60 orang dengan jam operasional mulai pukul 07.00 hingga 17.00.