TRIBUNNEWS.COM - Secara alami, Allah SWT menciptakan manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Secara umum, baik laki-laki maupun perempuan, mereka diberi potensi yang sama.
Namun, secara khusus, laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan.
Baca juga: Berawal dari Buku Komedi di Rumah Nenek, Raditya Dika Akhirnya Percaya Diri Tampil di Depan Publik
Baca juga: Ayah Bunda, Mengurus Anak Tak Harus Ribet, Santuy Saja, Yuk Intip Triknya di Buku Ini
Jika salah dalam menyikapi peran dan potensi antara keduanya, maka tentunya akan menimbulkan kesalahpahaman yang berujung pada sebuah sikap 'merasa' tidak adil atas apa yang Allah tetapkan kepada hamba-hamba-Nya.
Perbedaan-perbedaan ini tentunya bukan bertujuan untuk melahirkan sebuah sikap saling membandingkan di antara keduanya, akan tetapi jika didalami, maka akan ditemukan tujuan dari penetapan potensi serta peran laki-laki dan perempuan di dalam Al-Qur'an, yaitu untuk saling melengkapi.
Peran perempuan dalam Al-Qur'an, lebih dominan disebutkan mengenai tugasnya sebagai seorang istri.
Karena hal ini akan erat kaitannya dengan perannya dalam mendidik anak.
Menjadi ibu rumah tangga adalah aktivitas yang paling banyak dikerjakan oleh perempuan yang telah berstatus menikah.
Namun, banyak perempuan menganggap bahwa menikah dan menjadi istri sekaligus menjadi ibu adalah takdir akhir dari seorang perempuan. Sehingga, ia tidak bisa lagi mengejar mimpi dan cita-citanya, ia tidak bisa lagi belajar.
Padahal, menikah bukan langkah terakhir atas harapan-harapan yang telah dibangun.
Baca juga: Pilihan Tepat Investasi Saat Pandemi, Yuk Intip Trik Beli Emas dengan Setengah Harga
Baca juga: Serunya Belajar dari Komik Pendidikan, Yuk Dipilih, Juga Ada Format EbookÂ
Hal yang sering dipermasalahkan dalam masyarakat adalah "Perempuan bergelar akademik yang memilih menjadi ibu rumah tangga", "Ibu rumah tangga yang memilih berkarier di luar rumah", dan "Perempuan yang memilih full time menjadi ibu rumah tangga".
Sebenarnya, tidak ada yang salah dari pilihan-pilihan tersebut, karena setiap perempuan berhak menentukan pilihan dan tentunya ia tahu konsekuensi atas pilihannya.
Berhentilah untuk membandingkan bahwa perempuan ini yang terbaik dan menyepelekan yang satunya.
Karena apa yang menjadi pilihan dari seorang perempuan, ada sesuatu yang ia korbankan.