Dia telah melakukan persiapan sejak tiga hari sebelum perayaan tersebut.
Hidangan yang disediakan untuk para hadirin adalah daging kambing dan unta.
Segenap para ulama saat itu membenarkan dan menyetujui apa yang dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut.
Mereka semua menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar untuk pertama kalinya itu.
Lalu, Ibn Khallikan dalam kitab Wafayat Al-A`yan menceritakan bahwa Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah datang emnuju Syam kemudian ke Irak.
Ia datang dari Maroko.
Kemudian, pada tahun 604 Hijriah, ia melawati daerah Irbil.
Di daerah Irbil, ia bertemu dengan Sultan Muzhaffar.
Ia melihat Sultan Muzhaffar sangat besar perhatiannya terhadap perayaan Maulid Nabi.
Sehingga, Al-Hafizh Ibn Dihyah kemudian menulis sebuah buku tentang Maulid Nabi.
Buku tersebut berjudul “Al-Tanwir Fi Maulid Al-Basyir An-Nadzir”.
Setelah itu, karya ini dihadiahkan kepada Sultan Muzhaffar.
Para ulama, semenjak zaman Sultan Al-Muzhaffar dan zaman selepasnya hingga sampai sekarang ini menganggap bahwa perayaan Maulid Nabi adalah sesuatu yang baik.
Ulama-ulama tersebut di antaranya: