TRIBUNNEWS.COM - Simak tata cara Shalat Gerhana Bulan lengkap dengan niat dan tuntunan Islam di dalam artikel ini.
Dikutip dari BMKG, Gerhana Bulan Sebagian akan dapat diamati di Indonesia pada Jumat (19/11/2021).
Saat Gerhana Bulan terjadi, umat muslim disunahkan untuk melaksanakan Shalat Gerhana Bulan.
Shalat yang dikerjakan saat Gerhana Bulan dinamakan Shalat Khusuf.
Baca juga: Contoh Khotbah Shalat Gerhana Bulan dengan Judul: Tanda Kebesaran Allah
Waktu untuk melaksanakan Shalat Khusuf adalah dimulai saat terjadi Gerhana Bulan, sampai dengan bulan terbit (muncul) kembali atau sampai bulan tampak secara utuh.
Sementara itu, dalam Shalat Khusuf disunahkan untuk mengeraskan bacaan.
Lalu bagaimana tata cara Shalat Gerhana Bulan?
Baca juga: BACAAN Niat Sholat Gerhana Bulan dalam Arab, Latin, dan Arti Beserta Tata Caranya
Baca juga: Tata Cara Sholat Gerhana Bulan, Dilengkapi Tuntunan dalam Islam Ketika Terjadi Gerhana
Tata Cara Shalat Gerhana Bulan
Dikutip dari kemenag.go.id, berikut tata cara Shalat Gerhana Bulan:
1. Berniat di dalam hati
أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامً لله تَعَالَى
Ushalli sunnatal khusuufi rak'ataini lillahi ta'aalaa
2. Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa
3. Membaca do'a iftitah, kemudian membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat yang lain sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih)
4. Kemudian Ruku’
5. Lalu, bangkit dari ruku' (i'tidal)
6. Setelah i'tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al-Fatihah dan surat lain.
Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
7. Kemudian ruku' kembali (ruku' kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku' sebelumnya
8. Lalu, bangkit dari ruku' (i'tidal)
9. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku', lalu duduk di antara dua sujud, kemudian sujud kembali
10.Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka'at kedua sebagaimana rakaat pertama, hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya
11.Salam.
Setelah itu, imam menyampaikan khutbah.
Tuntunan Islam saat Terjadi Gerhana
Dikutip dari kemenag.go.id, berikut tuntunan Islam saat terjadi Gerhana:
Telah menceritakan kepada kami, Abu Al Walid berkata, telah menceritakan kepada kami, Zaidah berkata, telah menceritakan kepada kami, Ziyad bin ‘Ilaqah, dia berkata:
“Aku mendengar Al-Mughirah bin Syu’bah berkata, “Telah terjadi gerhana matahari ketika wafatnya Ibrahim. Kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan ia tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana keduanya, maka berdoalah kepada Allah dan dirikan salat hingga (matahari) kembali tampak.” (H.R. Al-Bukhari)
Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita tuntunan syariat yang mulia ketika terjadi gerhana matahari maupun gerhana bulan, antara lain yaitu:
1. Menghadirkan rasa takut kepada Allah saat terjadinya gerhana matahari dan bulan.
Peristiwa tersebut mengingatkan kita akan tanda-tanda kejadian hari kiamat, atau karena takut azab Allah diturunkan akibat dosa-dosa yang dilakukan.
2. Mengingat apa yang pernah disaksikan Nabi Muhammad SAW dalam Salat Kusuf.
Diriwayatkan bahwa dalam salat kusuf, Rasulullah SAW diperlihatkan oleh Allah surga dan neraka, bahkan beliau ingin mengambil setangkai dahan dari surga untuk diperlihatkan kepada mereka. Beliau juga diperlihatkan berbagai bentuk azab yang ditimpakan kepada ahli neraka. Karena itu, dalam salah satu khutbahnya selesai salat gerhana, beliau bersabda, "Wahai umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." (H.R. Muttafaq alaih).
3. Menyeru dengan panggilan "Asshalaatu Jaami'ah".
Maksudnya adalah panggilan untuk melakukan salat secara berjamaah. Aisyah meriwayatkan bahwa saat terjadi gerhana, Rasulullah SAW memerintahkan untuk menyerukan "Ashshalaatu Jaami'ah" (H.R. Abu Daud dan al-Nasa'i).
Tidak ada azan dan iqamah dalam pelaksanaan salat gerhana.
Hal tersebut dikarenakan azan dan iqamah hanya berlaku pada salat fardhu yang lima.
4. Disunnahkan mengeraskan bacaan surat, baik salatnya dilakukan pada siang atau malam hari.
Hal ini dilakukan Rasulullah SAW dalam salat gerhana (H.R. Muttafaq alaih).
(Tribunnews.com/Farrah Putri/Yunita Rahmayanti)