News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tren Spirit Doll dari Kacamata Psikologi, Wajarkah Jika Orang Dewasa Memilikinya?

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Selebgram Priscilia Wibowo menunjukkan boneka arwah koleksinya.Tren Spirit Doll dari Kacamata Psikologi, Wajarkah Jika Orang Dewasa Memilikinya?

“Pada usia anak, ketika dia berkomunikasi dengan boneka, seolah-olah bonekanya hidup dan menjadi teman bermain itu adalah sesuatu yang wajar. Kita tidak menganggapnya wajar ketika di tahapan usia lanjut, mereka memperlakukan boneka dengan cara yang sama,” kata Ninin.

Ivan Gunawan bantah punya dua bayi hanya untuk gimik, mengaku rasakan kesepian setiap hari di rumah. (Instagram @ivan_gunawan)

Ninin mengungkapkan, ketika di usia dewasa seseorang masih memperlakukan boneka seperti pada usia anak-anak, maka ada sesuatu dari kondisi psikologisnya yang mencetuskan dia untuknmembutuhkan cara tersebut.

Ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi persoalan hidup secara mandiri kadang kala membuatnya memerlukan teman untuk mendengar, berdiskusi, dan berbicara.

Tidak adanya pendamping yang bisa diajak mendengar, berkomunikasi, dan memberikan dukungan, bisa jadi membuat seseorang memilih untuk memiliki teman komunikasi yang lain.

“Kalau kita lihat, pada umumnya, berdasarkan tradisi dan budaya, perilaku itu bisa jadi tidak lazim. Akan tetapi, kenyataannya ada orang yang memilih cara itu untuk membuatnya memiliki teman berkomunikasi atau teman hidup. Padahal, teman yang dia pilih itu tidak bisa menjadi partner untuk memberikan komunikasi atau emosi balasan,” jelasnya.

Dukungan Orang Terdekat

Perlu dukungan orang terdekat dalam mengantisipasi perilaku ini.

Ninin mengatakan, apabila orang tersebut masih dalam asuhan orang tua, maka orang tua perlu memberikan pengasuhan yang seharusnya, agar anak bisa berkembang dengan optimal.

Pengasuhan yang baik dan optimal akan membuat anak punya kesiapan untuk bertahan secara mandiri dalam menyelesaikan persoalan hidupnya.

Ketika seseorang yang mengalaminya sudah dewasa, yang seharusnya secara psikologis sudah mandiri, orang tua maupun anggota keluarga lain bisa menjadi support system.

Hal tersebut bertujuan untuk menyangga ketika ada kondisi psikologis tertentu yang tampaknya memerlukan dukungan.

Namun, dampak support system bisa bersifat konstruktif (membangun), bisa pula destruktif (menghancurkan).

Konstruktif terjadi apabila apa yang dilakukan anggota keluaga sesuai dengan apa yang diinginkan orang yang didukung.

Jika dukungan tidak sesuai dengan yang diharapkan, support system bisa menjadi destruktif.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini