TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Patung 'speed' yang menggambarkan sosok Presiden Joko Widodo yang tengah melesat mengendarai motor custom diberangkatkan dari Studio Nyoman Nu Art di Kota Bandung menuju Mandalika, Lombok, Sabtu (19/2) malam.
Berdasarkan keterangan tertulisnya, patung yang memiliki berat 3 ton melakukan perjalanan selama lima sampai tujuh harian menggunakan truk dolly.
Nyoman Nuarta menyampaikan bahwa pemasangan patung Jokowi itu di Mandalika kemungkinan hanya memakan waktu dua hari.
Nantinya, patung 'speed' itu dipasang di gerbang masuk sirkuit Internasional Mandalika Lombok dan akan menjadi ikon di kawasan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).
"Pemasangan di lokasi akan ditangani oleh para tenaga ahli dari Bandung sebanyak enam orang. Tapi, yang mengerjakan patung semuanya ada 20 orang selama sekitar sebulan," katanya dalam keterangan tertulis, Minggu (20/2).
Seniman Nyoman Nuarta asal Bali yang usianya sudah menginjak 70 tahun ini dalam beberapa minggu terakhir sangatlah sibuk dengan berkonsentrasi penuh menyelesaikan karya 'speed' yang berukuran 670x185x390 centimeter dari bahan tembaga dan kuningan.
"Kecepatan dan akselerasi, menjadi dua aspek yang saya masukkan dalam simbol 'speed' ini. Itulah yang saya tafsirkan terhadap kepemimpinam Pak Jokowi selama ini. Beliau selalu mendorong percepatan pencapaian cita-cita bangsa," katanya.
Patung monumental ini, lanjutnya, bakal menjadi ikon yang tak hanya mewakili area sirkuit, melainkan era baru olahraga otomotif di tanah air dan menjadi representasi dari karakter seorang pemimpin.
"Selain kesukaannya blusukan, Pak Jokowi juga suka dengan mengendarai motor custom buatan anak bangsa. Salah satu ukuran penting seorang seniman ialah integritas dan kejujuran. Dan saya selalu pegang itu," katanya.
Nyoman Nuarta juga menjelaskan bahwa karya 'speed' ini direpresentasikan sebagai pengendali kecepatan dan pendorong kemajuan.
Mengendarai motor modifikasi, katanya secara implisit bermakna penanda utama pembangunan bangsa, terlebih di masa krisis global saat ini.
"Saya berusaha menangkap kesan sosok seorang pemimpin yang terus berusaha membangun bangsa tanpa menghilangkan kesan sederhana dan kesukaannya mengendarai motor," ujarnya. (tribunjabar/m nandri prilatama)
Baca juga: Wawancara Polwan Ahli Forensik: Jenazah Itu Bisa Berbicara