News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pandangan Psikolog Keluarga Tentang Ibu di Brebes Aniaya Anak hingga Tewas

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pelaku pembunuhan anak kandung (gaun hitam), dibawa aparat penegak hukum untuk diperiksa di Polsek Tonjong, Brebes, Minggu (20/3/2022).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabar ibu berinisial KUdi Brebes, Jawa Tengah, lakukan penganiayaan terhadap tiga anaknya jadi sorotan. Apalagi, seorang di antaranya meninggal dunia.

Dalam video yang beredar, sang ibu berdalih jika tindakan ini dilakukan untuk melindungi anak dari kesengsaraan.

Hingga saat ini pihak berwajib masih melakukan pemeriksaan. 

Terkait kasus ini, Psikolog Keluarga Nafisa Alif A MPsi memberikan tanggapan.

Pertama, hal ini bisa diakibatkan oleh stres yang bersifat berkelanjutan. Lalu memunculkan stres lebih berat dan mengarah ke gangguan psikologis.

Baca juga: Kondisi Ibu yang Aniaya Anak di Brebes, Dokter: Secara Fisik Baik, Tapi Menolak Cerita Soal Kejadian

"Bisa menyebutkan depresi. Tapi depresi harus didiagnosis oleh ahli. Jadi ketika stress tidak ditangani, tidak dilakukan pencegahan, memicu stres berkelanjutan. Dan mungkin salah satu yang terjadi di Brebes," ungkapnya pada Wonder Mama Camp Media Gathering secara virtual, Rabu (23/3/2022).

Di sisi lain, Nafisa menyarankan untuk tidak melakukan judgmental karena posisi kita sebagai orang di luar pelaku.

Nafisa menyebutkan tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada pelaku. Masalah dan dinamika seperti apa saja yang dialami.

Salah satu warga menunjukkan bercak darah yang masih terlihat jelas di depan rumah pelaku pembunuhan yang merupakan ibu kandung kepada anaknya yang masih berusia 7 tahun. Peristiwa terjadi di Dukuh Sokawera, Desa Tonjong, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Minggu (20/3/2022). (Tribun Jateng/Desta Leila Kartika)

"Dan pelaku sempat mention 'gak ada tahu yang saya mengalami sejak apa sejak kecil selama puluhan tahun. Jadi ada sesuatu yang mungkin saja dialami sejak dulu," kata Nafisa menambahkan.

Dalam istilah psikologi, ada istilah gelas emosional. Dan di dalam gelas tersebut, terdapat beberapa faktor yang membentuk sebuah emosi pada manusia. 

Pertama emosi dipengaruhi oleh biologis. Ada kecemasan yang menurun dari keluarga. Tapi memang, kata Nafisa ada kombinasi lingkungan. 

Situasi emosi seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Misalnya, karena pengasuhan dahulu cenderung penuh kecemasan dan menurun pada anak ketika dewasa.

Baca juga: Dua Anak Korban Penganiayaan Ibunya di Brebes Jalani Perawatan Intensif, Kondisinya Masih Trauma

"Ada juga orang orang agresifitas diturunkan. Kedua adanya sosial, mungkin keluarga yang disfungsi sejak kecil. Misalnya kekerasan dalam rumah tangga, penceraian, dan masalah sosial ekonomi rendah," kata Nafisa lagi. 

Selain itu, kemampuan seseorang mengatasi masalah turut berpengaruh. Bagaimana mengelola emosi dan daya lenting saat menghadapi masalah. 

"Setiap orang memiliki taraf kecerdasaran tertentu dalam memilih alternatif solusi. Ditambah lagi tuntutan di masa pandemi, ekonomi memicu hal-hal tersebut," pungkasnya.

Namun, Nafisa menyebutkan sejauh ini belum ada yang bisa menetapkan apa motif dan penyebab kasus ini terjadi sebelum pemeriksaan polisi selesai.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini