2. Ayat 2:
Dalam ayat-ayat ini, Allah mengungkapkan, Dia berkenan meringankan beban yang dipikulkan kepada Nabi Muhammad dalam menunaikan penyebaran risalah-Nya.
Dengan demikian, Nabi dapat menyampaikannya kepada manusia dengan mudah.
Setelah Muhammad diangkat menjadi Rasul, maka beliau mulai melaksanakan tugas menyampaikan agama Allah kepada orang-orang Quraisy.
Beliau menyiarkan agama Islam dengan sembunyi-sembunyi setelah mendapat reaksi yang kuat dari mereka.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW merasa sangat berat melakukan tugas itu.
3. Ayat 3:
Dengan masuk Islamnya beberapa orang pembesar Quraisy seperti Umar bin al-Khaththab, Hamzah, dan lain-lain, Rasulullah merasa ringan melaksanakan tugasnya.
Hal ini ditambah lagi dengan datangnya perintah Allah untuk menyiarkan agama Islam dengan terang-terangan dan adanya jaminan Allah untuk menolong beliau.
Baca juga: Surat Al-Balad dalam Tulisan Arab dan Latin Lengkap dengan Terjemahannya
4. Ayat 4:
Dalam ayat ini diterangkan Allah mengangkat derajat Nabi Muhammad SAW, meninggikan kedudukan dan memperbesar pengaruhnya.
Apakah ada kedudukan yang lebih mulia dari kedudukan nubuwwah (kenabian) yang telah dianugerahkan Allah kepadanya?
Apakah ada yang lebih utama dari tersebarnya ke seluruh dunia pengikut-pengikut yang setia yang patuh menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangannya.
Mereka melakukan yang demikian itu karena yakin dalam menjalankan perintah-perintahnya itu terdapat keuntungan yang besar, sedang mendurhakainya adalah kerugian besar.
Apakah ada sebutan yang lebih mulia dan dapat membanggakan hati daripada menyebut namanya bersama nama Allah Yang Maha Pengasih, sebagai tanda kesempurnaan insani?
Sebutan mana lagi yang lebih mulia daripada sebutan yang dijadikan tanda pengakuan kerasulannya dan pengakuan tersebut dijadikan syarat seseorang menjadi penghuni surga.
Selain dari itu, Nabi saw telah membebaskan umat manusia dari perbudakan, kebodohan, dan kerusakan pikiran, serta membawa manusia kembali kepada fitrah yang menjamin kebebasan berpikir dan berkehendak.
Dengan demikian, manusia dapat menemukan yang hak dan mengetahui siapakah sebenarnya yang harus disembah.
Mereka kemudian bersatu dalam keimanan dan beribadah kepada Allah Yang Maha Esa, sesudah mereka berbeda-beda dalam penyembahan mereka.
Beliaulah yang menyingkirkan awan-awan kegelapan dari mereka, serta menerangi jalan yang harus ditempuh untuk menuju kepada kejayaan dan kebahagiaan.
5. Ayat 5:
Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan, sesungguhnya di dalam setiap kesempitan, terdapat kelapangan, dan di dalam setiap kekurangan sarana untuk mencapai suatu keinginan, terdapat pula jalan keluar.
Manusia harus tetap berpegang pada kesabaran dan tawakal kepada Allah untuk mencapai sesuatu.
Ini adalah sifat Nabi SAW, baik sebelum beliau diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya, ketika beliau terdesak menghadapi tantangan kaumnya.
Pada akhirnya, Allah memberikan kepadanya pendukung-pendukung yang mencintai beliau sepenuh hati dan bertekad untuk menjaga diri pribadi beliau dan agama yang dibawanya.
6. Ayat 6:
Ayat ini adalah ulangan ayat sebelumnya untuk menguatkan arti yang terkandung dalam ayat yang terdahulu.
Di dalam setiap kesulitan, jika dihadapi dengan tekad yang sungguh-sungguh dan berusaha dengan sekuat tenaga, maka akan datang kemudahan.
7. Ayat 7:
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW agar menyukuri nikmat-nikmat tersebut dengan tekun beramal saleh sambil bertawakal kepada-Nya.
Jika telah selesai mengerjakan suatu amal perbuatan, maka hendaklah beliau mengerjakan amal perbuatan lainnya.
Dalam keadaan terus beramal, Nabi Muhammad SAW akan menemui ketenangan jiwa dan kelapangan hati.
Ayat ini menganjurkan agar Nabi saw tetap rajin dan terus-menerus tekun beramal.
8. Ayat 8:
Dalam ayat ini, Allah menegaskan agar Nabi Muhammad SAW tidak mengharapkan pahala dari hasil amal perbuatannya, selain menuntut keridaan Allah semata.
Dia-lah sebenarnya yang dituju dalam amal ibadah dan hanya pada-Nyalah tempat merendahkan diri.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Bacaan lain terkait Al Quran