Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Padri Nadeak sebelum mengenal Eating Reorder (ER) menghadapi masalah fisik, mental, traumatic experience, phobia dan lainnya.
Dulu dia juga olahragawan tapi mengalami kecelakaan paha kanan patah, dan pencinta makanan yang tidak sehat.
Titik balik Padri Nadeak ketika ayahnya meninggal dunia 17 September 2022 pada umur 72, dia masih merasa kurang lama hidup bersama beliau padahal umur saya 45 tahun pada waktu itu.
“Saya pada umur segitu sakit-sakitanan karena pola hidup tidak sehat dan pola makan yang berantakan akibat tuntutan pekerjaan. Itu tidak fair buat anak saya jika diumur aktifnya malah sibuk nemenin saya di rumah sakit. Saya ingin melihat anak saya menikah dan saya masih sehat,” kata Padri saat talkshow ulangtahun ke-1 Eating Reorder (ER) di Jakarta, Sabtu (4/6/2022).
ER adalah program yang berfokus kepada pola hidup sehat secara natural dengan mengatur pola pikir dalam pola makan.
Baca juga: Sebab Masalah Kesehatan Mental pada Gen Z dan Milenial Menurut Psikolog Karina Nagara
Padri mengakui mengenal ER dari temannya, awalnya tidak merasa yakin kegiatan ini akan dapat merubah gaya hidup dan tubuhnya.
Tapi dia belajar rela untuk dididik dan ikhlas menjalani proses.
Hasilnya terlihat, berat badannya turun dari 96 kg menjadi 73, loss sekitar 23kg. Dia pun menjadi disiplin dalam pola makan yang berefek pada hal yang sama di semua kegiatannya.
“Selain menjadi disiplin saya menjadi menghargai dan menikmati apa itu hidup sehat. Mengenal mental orang kaya maksudnya saat melihat makanan berlimpah tidak semuanya musti saya makan.
Saya juga mulai menikmati lagi difoto dan posting foto diri, memiliki komunitas yang saling mendukung dalam hidup sehat Badan kembali fit tidak ada kesemutan, tidak ada pegel-pegel di leher atau kaki lagi, mendengkur menghilang, Bisa jalan dan uber-uberan sama anak, traveling dengan anak tidak kelelahan. Kembali merasa lebih muda 10 tahun baik fisik maupun mental,” sambungnya.
Dinda Aspira, ibu tiga anak, wirausaha frozen food, single mom.
Ketika suaminya meninggal 4 tahun yang lalu karena brain cancer, dia merasa sangat kehilangan & trauma dengan makanan sehat, bahkan hingga enggan berada di dapur.
Semenjak saat itu Dinda mengalami obesitas, sakit punggung, gerd, mudah lelah, mental baperan, over worried, enggak pede untuk melakukan apa pun, beberapa tawaran kerja pun dihempaskan, tidak berani mengambil risiko. Dia mengaku sempat ke dokter gizi tapi karena faktor mental yang dialami, maka berat badan kembali naik lagi.