TRIBUNNEWS.COM - Allah SWT memerintahkan berdzikir setiap pagi dan sore hari, terutama sebelum terbenam dan sebelum terbit matahari.
Allah berfirman: "Dan ingatlah Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai" (QS. al-A’raf: 205).
Ahli bahasa Arab mengatakan bahwa al-Ashal artinya adalah waktu antara ashar dan maghrib.
Sementara al-’Asyiyyi adalah waktu dari tergelincirnya matahari sampai terbenamnya matahari
Mengutip Buku Dzikir dan Do'a Rasulullah yang ditulis oleh DR. H. Muh. Mu’inudinillah Basri, Lc., M.A, berikut adalah dzikir yang perlu dibaca pada waktu sore dan pagi hari:
Baca juga: Apa Saja Bacaan Dzikir setelah Shalat?
1. Al-Fatihah
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
bismillāhir-raḥmānir-raḥīm
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Baca juga: Bacaan Doa Masuk Kuburan dalam Tulisan Arab dan Latin, Dilengkapi Tata Krama Ziarah Kubur
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ar-raḥmānir-raḥīm
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
māliki yaumid-dīn
Yang menguasai di Hari Pembalasan.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
ṣirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Baca juga: Bacaan Niat, Doa, dan Tata Cara Sholat Idul Adha 1443 Hijriah/2022, Berjamaah hingga Sendiri
2. Al-Baqarah ayat 1-5
الۤمّۤ ۚ
Arab-Latin: alif lām mīm
Alif laam miim.
لِكَ لْكِتَٰبُ لَا لِّلْمُتَّقِينَ
ālikal-kitābu lā raiba fih, hudal lil-muttaqīn
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan keraguan; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
لَّذِينَ لْغَيْبِ لصَّلَوٰةَ ا
allażīna yu`minụna bil-gaibi wa yuqīmụnaṣ-ṣalāta wa mimmā razaqnāhum yunfiqụn
(yaitu) mereka yang percaya yang ghaib, yang mengabdi kepada shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
لَّذِينَ لَ لَيْكَ لَ لِكَ لْءَاخِرَةِ
wallażīna yu`minụna bimā unzila ilaika wa mā unzila ming qablik, wa bil-ākhirati hum yụqinụn
dan mereka yang percaya kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
لَٰٓئِكَ لَىٰ لَٰٓئِكَ لْمُفْلِحُونَ
ulā`ika 'alā hudam mir rabbihim wa ulā`ika humul-mufliḥụn
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
3. Al-Baqarah ayat 255-257 (ayat kursi)
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ
allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa'u 'indahū illā bi`iżnih, ya'lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai`im min 'ilmihī illā bimā syā`, wasi'a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-'aliyyul-'aẓīm
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
4. Al-Ikhlas
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
qul huwallāhu aḥad
Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ
allāhuṣ-ṣamad
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
lam yalid wa lam yụlad
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ
wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.
5. Al-Falaq
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلْفَلَقِ
qul a’ụżu birabbil-falaq
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,
مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
min syarri mā khalaq
dari kejahatan makhluk-Nya,
وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
wa min syarri gāsiqin iżā waqab
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ فِى ٱلْعُقَدِ
wa min syarrin-naffāṡāti fil-‘uqad
dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,
وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad
dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”.
6. An-Naas
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ
qul a’ụżu birabbin-nās
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
مَلِكِ ٱلنَّاسِ
malikin-nās
Raja manusia.
إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ
ilāhin-nās
Sembahan manusia.
مِن شَرِّ ٱلْوَسْوَاسِ ٱلْخَنَّاسِ
min syarril-waswāsil-khannās
Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ
allażī yuwaswisu fī ṣudụrin-nās
yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ
minal-jinnati wan-nās
dari (golongan) jin dan manusia.
(Tribunnews.com, Widya)