Mereka berharap kehidupannya bisa membaik.
Namun apa daya, kehidupan pria renta yang terkenal sebagai pahlawan peristiwa penyobekan bendera di Surabaya ini, justru semakin terpuruk.
Sang cucu, Budi (12 tahun), tertantang untuk mengalahkan rivalnya, Kemal, yang aktif di kegiatan Pramuka.
Maka ia juga berusaha untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Tapi karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan, Budi tidak bisa membeli semua perlengkapan kepramukaan.
Budi berjuang memenuhi kewajibannya, hingga akhirnya membuat iba Bening (10 tahun), adiknya yang rela mengorbankan seprei kesayangannya demi dibuat hasduk untuk kakaknya.
Film sederhana penuh pesan-pesan moral dan kebangsaan ini ditutup dengan adegan yang menggetarkan sisi nasionalisme sebagai bangsa Indonesia.
(Tribunnews.com/Mohay)