Selain itu, sekaten juga sebagai sarana penyebaran agama Islam.
Istilah "sekaten" diambil dari bahasa Arab "syahadatain".
Namun, karena lidah orang Jawa sulit mengucapkan kata "syahadatain" maka pengucapannya menjadi "sekaten".
Tradisi sekaten sudah dilaksanakan secara turun temurun dari zaman kerajaan Demak.
Perayaan sekaten tidak lepas dari Sunan Kalijaga.
Baca juga: Hukum Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan Dalilnya Menurut sebagian Ulama
Mawi mengatakan bahwa selain sebagai peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, sekaten juga sebagai akulturasi budaya.
"Bagaimanapun Islam datang ke tanah Jawa itu ketika situasi budaya dan tradisi non islam telah mengakar kuat."
"Sehingga akulturasi ini sengaja dipilih oleh kanjeng Sunan Kalijaga sebagai jalan syiar," kata Mawi.
Sekaten masuk melalui proses penyesuaian terhadap adat istiadat, tradisi dan budaya Jawa pada saat itu.
Kemudian perayaan sekaten ditambahkan unsur dan nilai-nilai Islam di dalamnya.
Mawi menambahkan bahwa tradisi sekaten ini dapat menjadi pembalajaran bagi generasi muda untuk mengetahui adat istiadat serta budaya yang ada di indonesia.