TRIBUNNEWS.COM - Apakah kamu pernah memperhatikan seseorang ketika bercerita di depan umum? Mungkin ketika ada acara sekolah, seminar, ceramah, atau bahkan ketika sedang berkumpul santai dengan teman-teman.
Ketika bercerita di depan umum, seseorang perlu membangun suatu koneksi yang intim dengan pendengarnya. Dapat dikatakan bahwa hubungan tersebut merupakan kunci keberhasilan dari storytelling -hubungan yang baik dapat memberikan pengaruh positif terhadap penilaian audiens kepada sang pembicara. Dalam membangun cerita yang berdampak, setiap orang juga perlu memperhatikan cara menyampaikannya.
Ada banyak cara untuk bercerita dengan baik dan efektif di depan umum, namun juga tidak ada satu rumus pasti mengenai bagaimana penyampaian yang baik. Beberapa memilih untuk mengingat dan langsung bercerita terhadap audiens, ada juga orang yang memilih untuk menggunakan berbagai perangkat visual untuk mendengar cerita mereka. Yang jelas ada banyak sekali metode storytelling yang bisa dipelajari.
Setiap orang harus berani untuk menantang diri untuk dapat menemukan cara yang sesuai dengan kepribadian dan audiens mereka. Jadi bagaimana cara untuk memulainya? Berikut merupakan beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum kalian menyampaikan cerita kalian ke banyak orang.
Mengenal siapa audiens kalian
Seorang pembicara diminta memberikan motivasi untuk ujian akhir kepada murid-murid sekolah. Jika pembicara tersebut memahami audiensnya, dia akan mencoba untuk membangun cerita yang dapat menyentuh mereka -bisa saja mengenai orang tua, teman, masa muda, dan banyak hal lainnya. Jenis cerita dan cara penyampaiannya pasti akan berbeda ketika saat pembicara tersebut diminta untuk memberikan motivasi kepada karyawan sebuah perusahaan. Cerita yang diberikan kemungkinan akan bersifat memotivasi dan diskusi terhadap kebutuhan perusahaan tersebut.
Ilustrasi di atas membuktikan bahwa setiap audiens memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Menarik atau tidaknya cerita yang akan disampaikan tentu saja bergantung dengan pemahaman dari pendengarnya. Ketika memasuki dunia storytelling, seorang pembicara akan dituntut untuk menyediakan cerita yang bisa dimengerti dan menarik bagi audiensnya.
Dalam hal ini, seorang penulis dan pembicara yang baik akan tahu bagaimana cara menarik perhatian audiens mereka. Kalian akan menjadi seorang storyteller yang baik ketika kalian mengenali siapa audiens kalian. Dalam tahap persiapan, kita perlu menyesuaikan cerita dan metode storytelling kalian terhadap pendengar. Penting untuk mempelajari siapa audiens kita agar dapat menyesuaikan jenis cerita, gaya bicara, dan mungkin sisipan humor ketika berbicara nanti.
Memilih dan mengembangkan cerita yang tepat
Dalam hal ini kita tidak akan berbicara mengenai cerita yang ‘baik’ atau ‘buruk’ karena hal tersebut sangatlah subjektif, tergantung penilaian atau opini masing-masing orang. Namun, kita bisa memperhatikan beberapa hal untuk dapat membangun suatu topik yang tepat. Dalam hal ini, kita perlu menyesuaikan cerita yang akan disampaikan dengan kebutuhan audiens pada saat itu.
Setelah mengenali target audiens, kita perlu mempersiapkan sebuah konstruksi cerita yang sesuai dengan mereka. Dalam hal ini, kita harus memastikan bahwa cerita yang akan disampaikan menarik dan tersusun dengan rapi. Hal yang pertama dilakukan adalah menulis dan mengembangkan topik yang ingin disampaikan kepada pendengar. Sebuah cerita yang baik dapat membuat audiens tertarik dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Selanjutnya, cerita tersebut sebaiknya dapat menambah pengetahuan dan menjadi inspirasi bagi audiens. Terakhir, kita harus dapat menyusun cerita kalian dengan baik agar audiens dapat menangkap pesan dan makna yang sesuai dengan apa yang kalian mau.
Memperhatikan penampilan dan bahasa tubuh ketika bercerita
Dibutuhkan kesiapan mental dan fisik untuk bercerita di depan umum. Kita harus menyiapkan dan menyesuaikan penampilan kalian terhadap kegiatan yang ada. Penampilan merupakan suatu elemen penting yang bisa menarik audiens kalian nanti. Gunakan riasan atau kostum yang sesuai dengan tempat kamu berada.
Selanjutnya, kamu bisa memaksimalkan gerakan tubuh atau gerakan tubuh untuk mendukung topik pembicaraan kamu. Teknik ini bisa membantu audiens untuk lebih mengerti maksud dari cerita kamu. Gerakan tubuh juga dapat membantu kalian untuk membangun koneksi yang intim dan ikatan emosional pencerita dengan pendengar. Namun, seorang pembicara harus bisa menggunakannya dengan tepat. Tidak menggunakan gerakan tubuh bisa membuat jalannya cerita menjadi membosankan, tapi penggunaannya yang berlebihan juga bukanlah hal yang baik. Selalu gunakan gerakan tubuh yang relevan dengan cerita kamu dan pada waktu yang tepat.
Berlatih, berlatih, dan bercerita
Berlatih adalah suatu hal yang harus dilakukan dalam mempelajari suatu kemampuan. Dalam bercerita akan banyak hal atau tantangan yang dapat ditaklukan dengan cara membiasakan diri sendiri. Kalian perlu memperbanyak ‘jam terbang’ agar bisa mengatasi beberapa hal seperti demam panggung, teknik bercerita untuk audiens dari kelompok berbeda, atau kemampuan untuk menguasai cerita.
Kalian bisa memulainya lewat mempelajari cerita dan mempraktekkannya di depan cermin rumah masing-masing. Cara ini merupakan hal paling mudah, mengingat kita bisa melakukannya dimana saja dan kapan saja. Selain itu, kalian juga bisa memanfaatkan banyak kegiatan yang ada di sekitar kalian. Beranikan diri kalian untuk memberikan cerita di setiap kesempatan yang ada, seperti dalam kegiatan sekolah, kumpul komunitas, bahkan mungkin ketika ada acara keagamaan. Yang jelas, kalian harus memulainya dan menantang diri kalian sendiri. Ingat, Practice makes perfect!
Yuk, ambil langkah awal untuk belajar menjadi seorang pencerita yang baik! Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk menjadikan ceritamu menarik untuk didengar orang lain. Kognisi.id menghadirkan kelas storytelling yang dipandu oleh Wisnu Nugraha, ia merupakan Pemimpin Redaksi Kompas.com dan juga salah-satu dosen di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Melalui kelas tersebut, kalian bisa belajar cara untuk mengembangkan bakat bercerita yang sesuai dengan kaidah jurnalistik. Apabila kalian tertarik untuk mengetahui kelas ini lebih lanjut, kalian bisa mengakses informasi detailnya di Kognisi.id