News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Riset Soal Tingkat Risiko Tembakau Alternatif yang Dilakukan Para Ahli Paparkan Sejumlah Hasil

Penulis: Reza Deni
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi. Produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, secara komparatif dinilai memiliki profil risiko kesehatan yang lebih rendah daripada rokok.

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, secara komparatif dinilai memiliki profil risiko kesehatan yang lebih rendah daripada rokok.

Hal ini disampaikan Guru Besar Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB) Prof Rahmana Emran Kartasasmita.

Emran menjelaskan, kajian literatur ilmiah dengan tajuk Kajian Risiko (Risk Assessment) Produk Tobacco Heated System (THS) Berdasarkan Data dan Kajian Literatur bertujuan untuk menghitung perkiraan tingkat risiko produk tembakau yang dipanaskan.

Kajian itu berdasarkan metode standar yang dilakukan lembaga-lembaga dunia seperti World Health Organization (WHO), International Agency for Research on Cancer (IARC), Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dan United State Environmental Protection Agency (US-EPA).

Proses kajian risiko tersebut melalui beberapa tahapan. Pertama, penelusuran literatur independen dan publikasi ilmiah.

“Tujuannya untuk mencari data kualitatif dan kuantitatif terkait berbagai senyawa dalam produk tembakau yang dipanaskan dan rokok sebagai pembanding, serta penggolongan karsinogenitasnya dengan merujuk pada IARC (The International Agency for Research on Cancer atau Badan Internasional untuk Penelitian Kanker),” kata Emran yang sekaligus anggota peneliti kajian ilmiah tersebut, dalam keterangannya, Jumat (3/2/2023).

Tahap selanjutnya, dikatakan Emran, tim SF-ITB melakukan pencarian data karakterisasi bahaya untuk senyawa dengan nilai ambang (non-karsinogenik dan karsinogenik non-genotoksik) dan tanpa nilai ambang keamanan (karsinogenik genotoksik), penghitungan kajian paparan dengan kasus skenario terburuk, serta dilanjutkan dengan karakterisasi risiko untuk non-karsinogenik dan substansi karsinogenik.

Baca juga: Revisi PP Tembakau Dinilai Ancam Mata Rantai Industri, 2 Juta Petani Akan Terdampak

Hasilnya, kata Emran, produk tembakau yang dipanaskan memiliki profil risiko yang lebih rendah daripada rokok.

"Namun, produk ini tidak sepenuhnya bebas risiko. Selain itu, komponen zat berbahaya dan berpotensi berbahaya juga begitu minim. Zat berbahaya dan berpotensi berbahaya yang dimaksud berupa acrolein, benzena, nikotin, dan 1,3-butadiene," kata dia.

“Kalau dipikir sederhana secara logika, tentu saja dengan dipanaskan seharusnya lebih sedikit komponen zat berbahaya dan berpotensi berbahaya yang terbentuk secara kualitatif, jenis, maupun kuantitatif kadarnya,” ujarnya

Lebih lanjutx Emran mengatakan bahwa hasil kajian SF-ITB tersebut juga selaras dengan kajian ilmiah yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kesehatan yang kredibel di dunia, termasuk Public Health England dan UK Committee on Toxicology (COT), bagian dari Food Standards Agency, yang menyimpulkan bahwa produk tembakau yang dipanaskan memiliki profil risiko 90-95 persen lebih rendah daripada rokok.

Dengan berbagai hasil kajian ilmiah tersebut, Emran mengajak pemerintah dan pemangku kepentingan terkait lainnya untuk turut mengkaji produk tembakau alternatif bersama para akademisi, pelaku industri, asosiasi, hingga konsumen.

Hasil dari kajian tersebut akan sangat membantu dalam meluruskan disinformasi terhadap produk ini.

“Nantinya, kajian ilmiah bisa menjadi informasi komprehensif bagi publik, terutama perokok dewasa, untuk menurunkan prevalensi merokok sehingga kesehatan masyarakat semakin baik,” tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini