Agar Kesehatan Mental Remaja Terjaga di Masa Pubertas, Apa yang Sebaiknya Dilakukan Orangtua?
Willem Jonata/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM - Remaja mengalami pertumbuhan pesat selama masa pubertas. Tak hanya fisik, tapi juga psikis.
Selama masa pubertas, seringkali remaja merasa terkejut dengan perubahan yang dialaminya.
Selain masalah pribadi, misalnya dengan teman sebaya, penyesuaian sosial, termasuk kondisi dalam lingkungan keluarga dan sekolah bisa membuat mereka tertekan.
Baca juga: 7 Perubahan yang Terjadi saat Masa Pubertas Perempuan dan Laki-laki secara Fisik dan Psikis
Jika tak diantisipasi, tak menutup kemungkinan kesehatan mental mereka terganggu dan itu dapat mempengaruhi seseorang dalam menangani problem, baik dalam relasi dengan orang lain atau mengambil keputusan.
Adapun gejala gangguan mental pada remaja, yakni perubahan perilaku dan mood.
Sebagai contoh mudah marah atau temperamental. Tak jarang pada momen tertentu membuat mereka seperti jadi pemalas alias mager.
"Kesehatan mental sering dianggap sifat-sifat. Misal, remaja sulit disuruh mandi bukan karena malas, tapi otaknya belum terintegrasi. Otaknya harus kita latih," ucap psikolog Anastasia Satriyo dalam talkshow menyambut International Adolescent Health Week (IAHW) atau Pekan Kesehatan Remaja Internasional bertema "Keep Calm and Carry On" yang digelar Fakultas Kedokteran UPH.
Menurut dia, kesehatan mental pada remaja dipengaruhi pertumbuhan biologis yang berpengaruh ke psikis dan sosial.
Hal yang jadi persoalan, terkadang lingkungan terdekat seperti orang tua belum paham mengenai perubahan yang dialami akibat pertumbuhan biologis remaja.
"Orangtua mungkin masih menganggap anak remaja masih bocah. Oleh karenanya, orangtua perlu berubah. Relasi remaja dan orang tua sering jadi isu utama yang membentuk kesejahteraan jiwa anak," lanjut dia.
Apalagi di fase tersebut, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap banyak hal.
"Pokoknya remaja pasti kepo. Namun, tanda dia bertanya berarti otaknya aktif dan jangan direndahkan pertanyaannya," ujar Anastasia.
Maka, sangat penting untuk menjaga kesehatan mental remaja.
Orangtua juga harus terbuka untuk memahami perkembangan psikis mereka dengan menunjukkan kasih sayang dan perhatian.
Dengan begitu, anak bisa lebih terbuka menceritakan perasaannya sehingga bisa mencari solusi bersama.
Kemudian memberi mereka apresiasi atau dukungan apabila mereka diliputi perasaan gagal. Tak ada salahnya juga orang tua menghargai pendapat yang dikemukakan oleh anak.
Tujuannya agar mereka dapat mengendalikan emosi, menghadapi sekaligus mengatasi perasaan kesal atau kecewa. Kemudian bangkit dengan perasaan positif pada dirinya sendiri agar dapat menikmati hidup.
Diharapkan pula para remaja ikut aktif mengikuti kegiatan di lingkungannya sebagai support system. (*/)