TRIBUNNEWS.COM - Bacaan surat pendek Asy-Syams, lengkap Arab, latin, terjemahan, dan tafsir singkat.
Surat Asy-Syams merupakan surat ke-91 dalam Alquran dan memiliki 15 ayat.
Asy-Syams termasuk ke dalam golongan surah Makiyah.
Surat Asy-Syams diturunkan setelah surat Al-Qadr.
Baca juga: Bacaan Surat Pendek Al Buruj Ayat 1-22, Tulisan Latin dan Artinya
Kata 'Asy-Syams' sendiri berarti Matahari.
Berikut bacaan surat Asy-Syams, dalam tulisan Arab, latin, dan artinya.
وَٱلشَّمْسِ وَضُحَىٰهَا
Arab-Latin: wasy-syamsi wa ḍuḥāhā
Artinya: 1. Demi matahari dan cahayanya di pagi hari,
وَٱلْقَمَرِ إِذَا تَلَىٰهَا
wal-qamari iżā talāhā
2. dan bulan apabila mengiringinya,
وَٱلنَّهَارِ إِذَا جَلَّىٰهَا
wan-nahāri iżā jallāhā
3. dan siang apabila menampakkannya,
وَٱلَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰهَا
wal-laili iżā yagsyāhā
4. dan malam apabila menutupinya,
وَٱلسَّمَآءِ وَمَا بَنَىٰهَا
was-samā`i wa mā banāhā
5. dan langit serta pembinaannya,
وَٱلْأَرْضِ وَمَا طَحَىٰهَا
wal-arḍi wa mā ṭaḥāhā
6. dan bumi serta penghamparannya,
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّىٰهَا
wa nafsiw wa mā sawwāhā
7. dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَىٰهَا
fa al-hamahā fujụrahā wa taqwāhā
8. maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّىٰهَا
qad aflaḥa man zakkāhā
9. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا
wa qad khāba man dassāhā
10. dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِطَغْوَىٰهَآ
Arab-Latin: każżabaṡ ṡamụdu biṭagwāhā
Artinya: 11. (Kaum) Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas,
إِذِ ٱنۢبَعَثَ أَشْقَىٰهَا
iżimba’aṡa asyqāhā
12. ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka,
فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ ٱللَّهِ نَاقَةَ ٱللَّهِ وَسُقْيَٰهَا
fa qāla lahum rasụlullāhi nāqatallāhi wa suqyāhā
13. lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka: (“Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya”.
فَكَذَّبُوهُ فَعَقَرُوهَا فَدَمْدَمَ عَلَيْهِمْ رَبُّهُم بِذَنۢبِهِمْ فَسَوَّىٰهَا
fa każżabụhu fa ‘aqarụhā fa damdama ‘alaihim rabbuhum biżambihim fa sawwāhā
14. Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyama-ratakan mereka (dengan tanah),
وَلَا يَخَافُ عُقْبَٰهَا
wa lā yakhāfu ‘uqbāhā
15. dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu.
Tafsir Singkat Asy Syams Ayat 1-15 dikutip dari quran.kemenag.go.id
1. Demi matahari dan semburat sinarnya pada pagi hari. Penciptaan matahari, peredarannya pada poros dan orbitnya membuktikan kuasa Allah.
Sinarnya yang terang dan panas sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia di bumi.
2. Demi bulan apabila mengiringinya dan menggantikan tugasnya menerangi bumi setelah matahari itu terbenam.
Bulan muncul dalam bentuk bulan sabit, kemudian seiring pergantian hari berubah menjadi purnama, dan kembali ke bulan sabit lagi pada akhir bulan.
3. Kemudian Allah bersumpah dengan bulan yang bertolak belakang dengan matahari, sebab ia bukan sumber cahaya tetapi hanya menerima cahaya dari matahari.
4. Demi malam apabila menutupinya sehingga suasana menjadi gelap gulita. Malam menjadi waktu istirahat bagi manusia guna mengembalikan kekuatan untuk kembali beraktivitas esok hari.
Selanjutnya, Allah bersumpah dengan siang dan malam. Siang menampakkan matahari, sedangkan malam menyembunyikan matahari.
Allah memberikan isyarat tentang sistem perputaran bulan dan bumi terhadap matahari sebagai penanda waktu bagi manusia.
Perputaran bumi terhadap matahari menimbulkan sistem penanda waktu syamsiah sedang perputaran bulan terhadap bumi menimbulkan penanda waktu qomariyah.
Semua pergerakan ketiga benda langit menunjukkan kuasa Allah.
5. Demi langit serta pembinaannya yang menakjubkan. Langit yang kukuh laksana atap yang melindungi manusia di bawahnya.
Langit adalah tempat bagi miliaran benda langit yang beredar pada orbit masing-masing.
Tidak ada benturan antara satu benda langit dengan lainnya.
Semua mencerminkan kekuasaan Allah, Zat Yang Mahakuasa dan Mahaperkasa.
6. Demi bumi serta penghamparannya sehingga menjadi tempat makhluk hidup berpijak. Manusia dapat dengan mudah berpindah dari satu ke tempat lain, karena bumi terhampar luas.
Allah juga bersumpah dengan langit dan bumi.
Langit adalah kosmos beserta segala isinya, menyangga langit itu sehingga tetap berfungsi sebagai atap bumi.
Sementara bumi terhampar dan menyediakan potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan manusia untuk hidup di atasnya.
Baca juga: Surat Al-Alaq (Segumpal Darah) Ayat 1-19 dan Terjemahannya
7. Demi jiwa serta penyempurnaan ciptaan Allah.
Jiwa makhluk hidup bukan materi sebagaimana benda-benda yang disebut sebelumnya, tetapi jiwa mempunyai peran yang sangat sentral dalam membentuk perilaku manusia.
8. Setelah menyempurnakan ciptaan jiwa itu, maka Allah mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaan.
Jiwa manusia seperti wadah bagi nilai-nilai yang diembannya.
Jiwa bisa menjadi baik atau buruk tergantung nilai yang manusia pilih dan aktualisasikan dalam hidupnya.
Allah bersumpah dengan diri manusia yang telah Allah ciptakan dengan kondisi fisik dan psikis yang sempurna.
9. Sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwa itu dan menyucikannya dari segala kekotoran seperti syirik, kufur, takabur, iri, dengki, kikir, tamak, dan sebagainya.
Lalu, menghiasinya dengan sifat-sifat baik seperti iman, ikhlas, sabar, syukur, dan sebagainya.
Allah menegaskan orang yang membersihkan dirinya, yaitu mengendalikan dirinya sehingga hanya mengerjakan perbuatan-perbuatan baik, akan beruntung, yaitu bahagia di dunia dan terutama di akhirat.
Sedangkan orang yang mengotori dirinya, yaitu mengikuti hawa nafsunya sehingga melakukan perbuatan-perbuatan dosa, akan celaka, yaitu tidak bahagia di dunia dan di akhirat masuk neraka.
10. Dan sungguh rugi orang yang menutupi kemuliaan jiwa itu, mengotorinya dengan sifat-sifat buruk, dan mematikan potensinya untuk berbuat baik.
Perbuatan buruk membuat manusia tidak malu lagi berperilaku buruk, berbuat dosa, dan merugikan orang lain.
11. Kaum Samud, yang dahulu tinggal di sebelah selatan Madinah, adalah contoh manusia yang mengotori jiwa dengan kekafiran dan maksiat.
Kaum Samud telah mendustakan rasulnya, yaitu Nabi Saleh.
Mereka melampaui batas dalam keingkaran terhadap ajakan Nabi Saleh dan melakukan tindakan yang penuh dosa.
Nabi Saleh diberi mukjizat oleh Allah sebagai ujian bagi kaumnya, yaitu seekor unta betina yang dijelmakan dari sebuah batu besar, untuk menandingi keahlian kaum itu yang sangat piawai dalam seni patung dari batu.
Mereka piawai dalam membuat patung sehingga terlihat seperti hidup, maka mukjizat Nabi Saleh adalah menjelmakan seekor unta betina yang benar-benar hidup dari sebuah batu.
Namun, Kaum Samud tidak mengakuinya, dan berusaha membunuh unta itu.
Baca juga: Surat Ad-Duha dalam Tulisan Arab dan Latin Lengkap dengan Terjemahan serta Tafsirnya
12. Puncak perilaku buruk mereka tampak ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka membantai unta mukjizat Nabi Saleh.
Ia adalah Qudar bin Salif.
Qudar adalah seorang yang sangat berani, perkasa, dan bengis.
13. Melihat gelagat buruk itu lalu Rasul Allah, Nabi Saleh, berkata kepada mereka, “Biarkanlah unta betina dari Allah ini dengan minumannya.
Janganlah kamu mengusik apalagi membunuhnya. Jangan pula kamu larang unta itu mengambil jatah air minumnya sesuai kesepakatan kita satu hari untuk unta dan hari berikutnya untuk kaum Samud."
14. Kaum Samud tidak rela dengan pembagian jatah air itu.
Nasihat dari Nabi Saleh telah mereka abaikan serta mendustakannya.
Qudar dari Kaum Samud menyembelih unta tersebut dan membantainya atas perintah kaum Samud.
Kemudian, Allah membinasakan mereka karena dosanya, lalu Allah meratakan mereka dengan tanah.
Allah mengirim petir yang menggelegar yang diiringi gempa yang dahsyat, sebagai balasan pembangkangan dan dosa-dosa mereka.
Hanya Nabi Saleh dan orang beriman yang selamat dari azab itu.
Kejadian ini memberi pesan kepada generasi setelahnya bahwa aturan agama Allah harus diindahkan.
Mereka yang menentang dan melakukan dosa akan mendapatkan sanksi yang keras dari Allah di dunia sebelum mendapat sanksi yang lebih keras lagi di akhirat.
15. Allah membinasakan mereka dan Allah tidak takut terhadap akibat korban yang begitu besar.
Allah tidak diminta pertanggungjawaban atas tindakan Allah oleh siapa pun karena pembangkangan mereka sudah keterlaluan.
Tindakan Allah, apa pun bentuknya, adalah keadilan sejati.
Seluruh makhluk harus menaati aturan-Nya dan mempertanggungjawabkan amal perbuatannya di hadapan Allah di akhirat nanti.
(Tribunnews.com)