Dalam ayat di atas disebutkan bahwa kepayahan seorang ibu dalam mengandung anak dalam rahimnya dengan lemah yang bertambah-tambah. Hal ini bisa dilihat sejak awal kehamilan, seorang ibu harus memasuki masa yang dikenal dengan nyidam, yakni masa perubahan dalam tubuh yang mengakibatkan kondisi yang tidak nyaman dan disertai dengan mual dan muntah-muntah.
Selama proses mengandung dan membesarkan anaknya, sosok ibu telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk menghantarkan anaknya ke muka bumi ini.
Ibu adalah sosok yang mengorbankan 5 ( lima ) airnya yang tidak bisa dibalas dan diganti jasanya oleh anaknya dan siapapun. Air yang berasal dari ibu merupakan penopang kehidupan anak-anaknya yang diambil dari tubuhnya. Seperti kita ketahui bahwa 85 persen tubuh anak-anak yang berkembang dengan baik adalah berasal unsur air.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
- Air yang pertama adalah air ketuban yang diberikan kepada anaknya saat tumbuh dalam rahimnya menjadi janin. Air ini dihasilkan dari makanan dan minuman yang diberikan kepada anaknya selama di dalam Rahim.
- Air yang kedua adalah air darah ibu yang ketika calon anaknya tumbuh menjadi jabang bayi, ibu memberikan air darah kepadanya.
- Air yang ketiga adalah air susu yang merupakan saripati makana yang dia konsumsi dan dikorbankan untuk membesarkan anaknya.
- Air yang ke empat adalah air keringat yang dia teteskan untuk menjaga anaknya agar mampu tumbuh dan berkembang dengan baik serta menjadi anak yang sehat wal afiat.
- Air yang kelima adalah air mata yang selalu menghantar kesuksesan anak-anak yang hebat diiringi oleh untaian doa dengan berlinang air mata.
Karena pengorbanan seorang ibu yang begitu besar dan tanpa pernah berfikir untuk dibalas oleh anak-anaknya, maka tak heran jika Nabi Muhammad shollahu alaihi wa sallam dalam haditsnya lebih menekankan berbuat baik kepada seorang ibu. Dalam Hadits dari Mu’awiyah bin Haidah Al-Qusyairi beliau bertanya kepada Nabi Muhammad SAW:
يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ، مَنْ أَبَرُّ ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ: مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قَالَ : أُمَّكَ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قَالَ : أَبَاكَ، ثُمَّ اَلْأَقْرَبَ فَالْأَقْرَبَ
“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?. Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab : Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab : Ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya.”( HR Bukhari )
Begitu perhatiannya Rasulullah dalam hal menekankan untuk berbuat baik kepada sosok ibu, maka tidak heran ada sebuah ungkapan yang sampaikan menjadi perhatian kita semua, yaitu : “surga di bawah telapak kaki ibu” ungkapan yang singkat tetapi mengandung banyak nasihat. Salah satu dalil yang melandasi ungkapan tersebut adalah sabda Rasulullah SAW:
اَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ اِلٰى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَرَدْتُ اَنْ اَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ اَسْتَشِيْرُكَ، فَقَالَ : هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ ؟ قَالَ:نَعَم، قَالَ : فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
“Sungguh Jahimah datang kepada Nabi SAW, lalu ia berkata,: “Wahai Rasulullah, aku ingin berperang dan aku datang untuk meminta petunjukmu”. Nabi SAW bersabda,”Apakah engkau memliki Ibu?” Jahimah menjawab,: “Ya”. Nabi bersabda,: “Tinggallah bersama dia, karena sungguh surga itu di bawah kedua kakinya.” ( HR Ibnu Majah, An-Nasa’I { redaksi dari beliau ], Imam Ahmad dan Imam Ath-Thabarani )
Di samping hadits di atas ada juga penjelasan ulama, salah satunya Imam Nawawi dalam kitab at-Taisiri bi Syarhil Jami’ish-Shoghir ( juz 1 hal 966 ) yang mengatakan:
يَعْنِى لُزُوْمُ طَاعَتِهِنَّ سَبَبٌ قَرِيْبٌ لِدُخُوْلِ الْجَنَّةِ.
“Bahwa selalu mentaati para Ibu adalah sebab dekatnya seseorang memasuki surga.”
Ungkapan surga di bawahi telapak kaki Ibu, bukan berarti secara lahiriyah dan kasat mata ada surga di bawah kakinya. Ungkapan tersebut merupakan sebuah kiasan yang sarat dengan makna, yaitu kiasan yang menyiratkan makna betapa kita wajib berbakti kepada Ibu. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Al-‘Allamah ath-Thibi dalam kitabnya Mirqatul mafatih ( VI / 676 ) yang mengatakan bahwa sabda Nabi SAW,”Surga di bawah ke dua kaki ibu” adalah kinayah atau kiasan dari puncak ketundukan dan kerendahan dari seorang anak terhadap ibunya. Hal ini juga sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Isra ayat 24:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ .......ۗ
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan”
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman, surat al-Isra ayat 23:
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا ققَوْلًا كَرِيْمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada Ibu Bapak, jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”
Untaian kalimat surga di bawah telapak kaki Ibu merupakan suatu penghormatan, karena begitu banyak jasa-jasa yang dia berikan kepada anak-anaknya. Beliau selalu memilih asupan makanan yang bergizi yang akan menghasilkan ASI yang baik dan kemudian diberikan kepada anak-anaknya.
Kesabaran, ketegaran dan kasih sayang yang diberikan kepada anak-anaknya tanpa diikuti oleh keluhan dan bahkan berani berkorban demi untuk anak-anaknya agar tumbuh sehat, cerdas dan menjadi anak sholeh dan sholehah tidak akan mungkin bisa dibalas oleh anak-anaknya.
Pesan Rasulullah SAW agar memberikan penghormatan kepada Ibu merupakan suatu perintah yang harus dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dan juga pesan para ulama untuk menghormati seorang Ibu dengan cara mohon keihklasannya untuk memberikan do’a saat kita akan bepergian, bekerja, beribadah, berhaji dan berumroh serta apapun hajat kita agar diberikan kemudahan oleh Allah SWT.
Karena do’a Ibu itu bisa menembus langit ke tujuh dan lebih maqbul dibanding dengan do’a-do’a dari ulama sekalipun. Hal ini telah dilakukan oleh Uwais Al-Qorni saat beliau menggendong Ibunya untuk berthowaf dan do’a-do’a yang dikumandangkan selalu mohon ampunan untuk Ibunya. Ketika Ibunya menegur,”kenapa engkau hanya memohonkan ampun kepada Allah untuk Ibu sedangkan kamu tidak mohon ampun?” Uwais menjawab,”Jika Allah telah mengampuni dosa-dosa Ibu berarti dosa-dosaku juga diampuni oleh Allah SWT.
Itulah yang disebut dengan keramat seorang Ibu, karena doa-doanya yang dikabulkan oleh Allah SWT. Keberhasilan dan kesuksesan anak-anak dalam segala bidang tidak terlepas dari do’a-do’a kedua orang tua terutama Ibu. Rasulullah SAW bersabda :
أَلْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذٰلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ
“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah, maka jangan sia-siakan pintu itu atau jagalah ia.” ( HR At-Tirmidzi )
Semoga kita semua menjadi orang selalu berbuat baik kepada kedua orang tua terutama Ibu yang begitu besar jasanya kepada kita semua dan jangan lupa selalu memohon kepadanya untuk dido’akan agar apa yang kita cita-citakan dikabulkan oleh Allah SWT.
بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
3. Khutbah Jumat: Luangkan Waktu untuk Berbakti pada Ibu
Oleh Prof. Dr. H. A. Rusdiana, Drs., MM.Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Khutbah I
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
الحمد لله رب العالمين القائل : وَوَصَّیۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ بِوَٰلِدَیۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٍ وَفِصَـٰلُهُۥ فِی عَامَیۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِی وَلِوَٰلِدَیۡكَ إِلَیَّ ٱلۡمَصِیرُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أما بعدُ فيا عباد الله أوصيكم وإيّاي نفسي بتقوى الله حقّ تقاته فقد فاز المتقون.
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang insya Allah selalu berada dalam naungan rahmat Allah SWT.
Tak henti-hentinya kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita karunia iman dan Islam; nikmat yang teramat besar yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya. Semoga kita selalu mendapatkan hidayah-Nya serta berada dalam keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat kita.
Sebuah pujian yang hanya layak dimiliki oleh Allah. Alhamdu lillah; segala puji hanya milik Allah. Tidak pantas bagi manusia untuk mengharapkan pujian, tidak pantas bagi manusia untuk merasa berjasa, karena sejatinya segala pujian hanya milik-Nya semata.
Dan khotib mengajak dirinya sendiri serta jamaah sekalian untuk terus menguatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Al-Quran, Surat Ali Imran, ayat 102)
Dan tentunya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya.
Sidang shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT
Dalam khutbah Jum’at yang singkat ini, mari kita merenung sejenak sejauh mana kita telah berbakti kepada orang tua kita, khususnya ibu kita.
Kehadiran kita di dunia ini, tidak dapat kita pungkiri, adalah dengan sebuah pengorbanan yang sangat besar dari ibu kita. Dalam Al-Quran, Allah SWT menggambarkan dalam surat Luqman ayat 14:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT,
Dalam kesempatan khutbah Jum’at kali ini, izinkan khotib akan melihat tiga peristiwa dari sekian banyak peristiwa, yang menunjukkan betapa besar perhatian Islam terhadap ibu.
Yang pertama; adalah peristiwa saat Nabi Isa A.S. berbicara saat masih bayi. Sungguh adalah sebuah peristiwa yang sangat besar saat Allah menciptakan Nabi Isa A.S. tanpa seorang ayah, untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT. Namun kelahiran Nabi Isa A.S. sempat mendatangkan tuduhan keji kepada Maryam. Digambarkan dalam surat Maryam ayat 27-28, yang artinya:
“Kemudian dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar” Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.”
Lalu apa yang dilakukan oleh siti Maryam? Ia menunjuk Nabi Isa A.S. yang kala itu masih bayi. Lalu Nabi Isa A.S. berkata, yang terekam dalam surat Maryam ayat 30-32
قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا ۙ
وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا ۖ
وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَتِيْ وَلَمْ يَجْعَلْنِيْ جَبَّارًا شَقِيًّا
Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
Mari kita garis bawahi bahwa dalam peristiwa yang luar biasa tersebut, Allah menggerakkan lisan Nabi Isa A.S. untuk mendeskripsikan dirinya sebagai orang yang berbakti kepada ibuku. Dan penjelasan ini datang setelah penjelasan bahwa beliau adalah orang yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat.
Dari peristiwa tersebut, jelas bahwa berbakti kepada ibu adalah bukti dari kemuliaan seseorang dan keimanannya kepada Allah SWT.
Peristiwa yang kedua; saat Nabi Ismail A.S. ditinggal bersama ibunya di padang tandus. Atas perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim A.S. harus meninggalkan Nabi Ismail A.S. yang masih bayi bersama ibunya, siti Hajar di Mekkah yang saat itu begitu tandus. Siti Hajar bertanya kepada Nabi Ibrahim, “Apakah ini adalah perintah Allah?” Ketika Nabi Ibrahim A.S. mengiyakan, maka siti Hajar menerima perintah tersebut dengan pasrah.
Dalam suasana haus dan terik, siti Hajar lalu berusaha mencari air dari Shafa ke Marwa, hingga 7 kali ulang-alik. Dan Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah, akhirnya air Zamzam muncul di tanah dekat kaki Nabi Ismail. Yang luar biasa adalah, peristiwa seorang ibu ini, yang berusaha untuk mencari air untuk putranya, diabadikan oleh Allah SWT sebagai salah satu ritual dalam ibadah Haji yang disebut sa’i.
Maka siapapun yang telah menunaikan ibadah umrah dan haji selayaknya selalu ingat kebesaran Allah dan kasih sayangnya pada Ibu dan anaknya, serta menghayati betapa besar perjuangan seorang ibu.
Peristiwa yang ketiga adalah: saat Ibu Nabi Musa A.S. mendapat Ilham dari Allah SWT. Saat Fir’aun sedang mencanangkan untuk menghabisi seluruh anak laki-laki di negerinya, ibu Nabi Musa A.S. teramat sedih dan khawatir bahwa putranya akan turut dihabisi. Namun dengan kekuasaan Allah, Allah memberikan ilham kepada Ibu nabi Musa A.S.
وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ ۚاِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ
Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul.” (Al-Quran, Surat Al-Qasas ayat 7).
Akhirnya Nabi Musa A.S. dihanyutkan ke sungai Nil, lalu ia ditemukan oleh istri Fira’un. Dan karena bayi tersebut tidak mau menyusui kepada siapapun, akhirnya Allah mengembalikan bayi tersebut ke pangkuan ibunya untuk disusui oleh ibunya. Kita lihat betapa sentral peranan Ibu dari Nabi Musa A.S. dalam peristiwa di atas. Bahkan hingga Allah memberikan ilham padanya.
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT,
Semua peristiwa di atas sangat jelas menunjukkan betapa besar perhatian Islam kepada seorang Ibu. Ibu, begitu mulia kedudukannya, lebih berharga dari berlian. Dan dalam tingginya derajatnya itu, cinta Ibu pada kita, sungguh tak bertepi.
Demikianlah khutbah pertama ini. Semoga Allah selalu memberi kita taufiq dan hidayah-Nya.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah II
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ
اَمَّا بَعْدُ
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,
Dalam khutbah pertama tadi, dari tiga peristiwa tadi, sangat jelaslah betapa kedudukan Ibu sangatlah tinggi dan menghormatinya adalah bukti keimanan kita dan tanda akan kemuliaan seseorang. Tentunya masih banyak lagi peristiwa agung lainnya dalam sejarah Islam yang menunjukkan keutamaan seorang ibu. Dan mari kita ingat Hadits Rasulullah SAW; Dalam Kitab Sahih Muslim, diriwayatkan oleh Abu Hurairah, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, siapa yang paling berhak untuk aku berbakti? Rasulullah SAW berkata; Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, lalu ayahmu, lalu orang-orang yang terdekat denganmu.”
Maka, luangkanlah waktu untuk berbakti kepada ibumu. Bahkan, jadikanlah itu menjadi prioritas waktumu. Jadikanlah berbakti kepada ibu sebagai kesempatan untuk meraih ridho-Nya dan mendapatkan keutamaan pahalanya.
فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ منها وَمَا بَطَنْ. وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا
اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى
رَبنا أَدْخِلْنا مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنا مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لنا مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عباد الله، إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم وادعوه يستجب لكم ولذكر الله أكبر.
أقم الصلاة
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)