TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilih Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 mayoritas memberikan dukungan kepada Menteri BUMN Erick Thohir untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres).
Pengamat Politik Surokim Abdussalam menilai dukungan pendukung Ganjar disebabkan preferensi pemilih yang menginginkan pemimpin muda seperti Erick Thohir.
“Jadi mungkin faktor milenial itu yang kemudian membuat pasangan ini menurut polling itu cukup positif. Tapi kan tidak hanya cukup muda saja tapi juga perlu tambahan yang lainnya karena saya lihat keduanya juga termasuk yang sangat komunikatif di media sosial,” kata Surokim yang juga Peneliti Senior SSC, Kamis (29/12/2022).
Dukungan pemilih Ganjar tersebut, terlihat dari survei terbaru Poltracking Indonesia periode 21-27 November 2022 dengan 1220 responden.
Dalam survei disebutkan 29.5 persen pemilih Ganjar mereferensikan Erick Thohir sebagai pasangan capres-cawapres di Pilpres 2024.
Melihat persentase tersebut, dukungan pemilih muda cukup memberi daya elektoral bagi duet Ganjar-Erick. Mengingat sekitar 190 juta atau 60 persen warga Indonesia yang akan memberikan suara pada Pilpres 2024 adalah pemilih muda.
“Kalau menyasar milenial dugaan saya iya. Artinya di milenial memang harapan untuk mendapatkan pasangan muda itu memang cukup tinggi sejauh yang saya amati,” ungkapnya.
Bukan hanya meraih dukungan mayoritas, ketika dipasangkan dengan Erick Thohir Ganjar meraih suara yang signifikan dalam simulasi. Pasangan Ganjar Pranowo-Erick Thohir berhasil 33,1 persen suara pemilih.
Kemudian, Guru Besar Universitas Airlangga Hotman Siahaan mengatakan Ganjar-Erick duet yang direstui masyarakat. Keduanya memiliki karakter kepemimpinan yang saling melengkapi dan memiliki basis massa yang kuat.
Baca juga: Kaya Pengalaman Memimpin, Erick Thohir Dinilai Tepat Maju Jadi Cawapres
"Ini merupakan pasangan yang sangat menarik dan serasi saling mengisi," ujar Hotman.
Hotman membayangkan pemerintahan di masa lalu ketika Indonesia pernah memiliki Presiden Soekarno dan Wakil Presiden M. Hatta, di mana keduanya saling mengisi dengan keahliannya masing masing.
"Dulu Indonesia memiliki Soekarno seorang solidarity maker, sedangkan Hatta itu seorang administrator maker, nah saya melihat dalam teori tersebut ada pada sosok Ganjar dan Erick," pungkasnya.