TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berbagai isu negatif terkait Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Hasyim Asy'ari tidak akan mempengaruhi pemilih di Pemilu 2024 untuk golput.
Hal tersebut disampaikan Pendiri Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti, menanggapi beberapa isu negatif yang menjerat Ketua KPU.
Seperti isu wanita emas hingga wacana penerapan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, yang berujung dilaporkannya Hasyim ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).
Ray Rangkuti mengatakan, sikap golput atau tidak memilih tidak ada kaitannya dengan kinerja KPU.
Ia menyebut, dalam tradisi politik di Indonesia, golput justru dipengaruhi oleh kinerja partai politik (parpol).
"Enggak. Enggak akan ke sana (golput). Golput itu tidak ada kaitannya dengan kinerja KPU," kata Ray Rangkuti kepada Tribunnews.com, Kamis (5/1/2023).
Adapun Ray Rangkuti mengatakan, indikasi golput bisa terpengaruhi kinerja KPU, yaitu di zaman orde baru (orba).
Hal itu karena adanya ketidakpercayaan kepada penyelenggara Pemilu, yang saat itu dipegang Pemerintah.
"Kecuali zaman orba. Golput itu salah satunya karena adanya ketidakpercayaan kepada penyelenggara Pemilu," jelasnya.
"Tidak percaya karena yang menyelenggarakan adalah Pemerintah. Selain partai politiknya mereka (pemilih) menolak, tapi juga penyelenggaranya mereka tolak."
Baca juga: KPU Bakal Siapkan TPU Khusus Sosialisasi Pemilu untuk Antisipasi Masyarakat Golput
Selain itu, kata Ray, partisipasi pemilih itu juga dipengaruhi oleh kinerja partai politiknya.
"Hadir tidak hadirnya pemilih itu karena kinerja partai politik. Bukan karena KPU-nya. Itu dua hal yang berbeda (saat) sebelum reformasi dan sesudah reformasi," ujarnya.
Ia menuturkan, di era ini faktor yang mempengaruhi orang malas datang ke tempat pemungutan suara (TPS) hanya perihal bagus atau tidaknya partai politik yang menjadi peserta Pemilu.
Sementara itu, Ray menyebut, partisipasi pemilih akan menurun jika Pemilu 2024 menggunakan Sistem Proporsional Tertutup.
"Nah kalau kita pakai proporsional tertutup dugaan saya adalah partisipasinya akan jauh merosot," ucap Pendiri LIMA itu.
Baca juga: Sistem Proporsional Terbuka Diuji MK, Luqman Hakim Nilai para Penggugat Kurang Paham Ilmu Kepemiluan
Menurutnya, dorongan orang akan datang ke TPS karena ada calon legislatif (caleg) yang merupakan keluarganya.
"Meskipun dia tidak percaya dengan partainya, tapi dia harus bantu saudara," kata Ray.
Ia menduga, partisipasi pemilih yang tinggi saat ini karena menggunakan Sistem Proporsional Terbuka.
"Jadi kalau tinggi partisipasinya sekarang. Dugaan saya karena kita pakai proporsional terbuka."