TRIBUNNEWS.COM - Plt Ketua Umum PPP, Mardiono, buka suara soal bakal mengumumkan pembubaran secara resmi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) jika tidak satu suara terkait dukungan capres.
Menurutnya, KIB bakal otomatis bubar jika anggota KIB selain PPP yaitu Golkar dan PAN tidak satu suara terkait dukungan capres.
Kendati demikian, jika KIB memang harus bubar, maka pembubaran harus dilakukan dengan baik-baik.
Hal tersebut, sambungnya, lantaran sejak awal KIB dibentuk juga dilakukan dengan baik-baik.
"Ya sudah otomatis (bubar jika berbeda dukungan capres)," ujar Mardiono usai menerima kunjungan elit PDIP di Kantor DPP PPP, Jakarta Pusat pada Senin (29/5/2023), dikutip dari YouTube Kompas TV.
"Tapi tentunya akan lebih baik kalau kita nanti, karena dulu kita kumpul menyatu menjadi KIB dengan baik, maka kalau berpisah juga dengan baik," sambungnya.
Baca juga: 2 Jam Bertemu, Puan Maharani Ungkap 3 Poin Kesepakatan PDIP dan PPP
Kendati demikian, Mardiono membantah bahwa kini KIB telah bubar terlebih ketika PPP telah mendukung Ganjar Pranowo yang merupakan capres dari PDIP.
Dia mengatakan hingga kini, pilihan capres dari Golkar dan PAN belum final.
Meski demikian, dirinya membantah bahwa KIB tak menemui titik temu terkait pembahasan capres yang didukung.
"Sekarang belum. Jadi kami masih tetap bersama, Koalisi Indonesia Bersatu masih tetap utuh."
"Manakala nanti kemudian pilihan presidennya sudah berbeda, pilhan wakil presidennya sudah berbeda, nah itu barulah dinyatakan KIB sudah tidak bersatu lagi," jelasnya.
Indikasi KIB Bubar: PPP Dukung Ganjar, Golkar Dekati KKIR
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, menilai KIB sudah bubar meski belum ada pengumuman resmi dari ketiga parpol.
Indikasi tersebut, kata Ujang, sudah terlihat ketika PPP secara terbuka mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres.
Bahkan, tidak adanya komunikasi sebelumnya antara PPP dengan PAN dan Golkar terkait mendukung Ganjar menjadi capres, memperkuat indikasi bubarnya KIB.
"Ya diakui atau tidak, KIB itu kakinya sudah pincang. Sudah nggak ada PPP. Jadi mau dibantah bagaimanapun, ya sudah bubar. Sudah berpisah."
"Padahal ketika PPP mengusung Ganjar, PPP tidak izin, tidak melakukan tumpengan, tidak pamit baik-baik di KIB, artinya ya jalan masing-masing," katanya saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (29/5/2023).
Baca juga: PDIP-PPP Sepakat Bekerjasama Secara Berkesinambungan Menangkan Ganjar dan Ciptakan Pemilu Santun
Selain itu, Ujang menilai komunikasi antara Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto, dengan Ketua Umum Partai Keadilan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, menjadi indikasi lain terkait perpecahan di tubuh KIB.
Seperti diketahui, dalam podcast Akbar Faizal Uncensored, Cak Imin mengungkapkan KIB sudah bubar dan Golkar ingin bergabung ke Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang beranggotakan PKB dan Gerindra.
Bahkan, Cak Imin menyebut Airlangga sudah berkomunikasi agar menjadi cawapres dari Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
"Kakinya sudah patah, sayapnya sudah patah, jadi saya anggap KIB partai yang menurut saya dibilang bubar atau ya setengah bubar," jelasnya.
Di sisi lain, Ujang menilai PAN adalah partai yang realistis sehingga partai yang diketuai Zulkifli Hasan ini tetap masuk dalam koalisi pemerintahan.
Baca juga: PPP Sodorkan Dua Nama Cawapres Ganjar ke PDIP, Siapa Saja?
Dia pun meyakini PAN akan berkoalisi antara partai pendukung Ganjar ataupun Prabowo sebagai capres.
"Jadi saya melihat soal PAN, bisa ke Ganjar atau ke Prabowo. Kita tunggu minggu depan akan mengumumkan dukungan tersebut," ujarnya.
Lalu, ketika ditanya apakah PAN ada kemungkinan masuk ke Koalisi Perubahan, Ujang mengatakan tidak mungkin.
Hal tersebut diketahuinya ketika menjadi narasumber bersama Wakil Ketua Umum PAN, Viva Yoga Mauladi, di salah satu stasiun televisi swasta.
Pada momen tersebut, kata Ujang, Viva mengatakan PAN hanya akan bergabung dengan koalisi pemerintah.
"PAN akan ke Koalisi Perubahan sepertinya tidak mungkin karena konstruksi politiknya bukan seperti itu."
"Dia (Viva) mengatakan PAN itu berkoalisi dengan partai-partai koalisi pemerintah, kok. Sangat jelas."
"Jadi kalau mendukung Koalisi Perubahan kan tidak mungkin karena oposisi. Jadi tidak mungkin," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Pemilu 2024