Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tunas Indonesia Raya (TIDAR) yang merupakan sayap kepemudaan dari Partai Gerindra tidak perlu buzzer untuk menggerakkan anak muda dalam persaingan Pemilu 2024.
Ketua Umum (Ketum) TIDAR, Rahayu Saraswati, menegaskan ihwal pihaknya yang punya pasukan muda yang benar-benar peduli dengan masa depa bangsa.
Hal ini merupakan respons Saras ketika ditanya ihwal banyaknya black campaign atau kampanye hitam yang menyerang Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
"Saya yakin kita punya pasukan masing-masing, ini justru menunjukkan kita enggak perlu buzzer bayaran," kata perempuan yang akrab disapa Saras itu, di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (16/82023).
"Kita malah punya pasukan yang malah real anak muda, organik, real yang peduli dengan masa depan bangsa ini," tambahnya.
Di satu sisi, Saras juga yakin dengan kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini, segala ragam hoaks sudah dapat ditepis.
Baca juga: Tanggapi Kritik Sekjen PDIP soal Food Estate, Sekjen Gerindra: Itu Program Presiden
"Kemarin saat deklarasi juga disampaikan dari Presiden Jokowi, kita bisa membawa Indonesia keluar dari middle in income trap yang lebih cepat dari negara lain seperti Chile," tuturnya.
"Nah ini saya yakin dengan kekuatan seperti ini mau itu hoaks atau segala macem, dengan kekuatan seperti dengan pendidikan politik yang dijalankan dengan baik ini bisa menjadi tameng yang luar biasa untuk memastikan anak muda punya berpikir kritis," lanjut dia.
Sebagaimana data yang sudah ditetapkan oleh Komisi Pemilu Umum (KPU) RI beberapa waktu lalu, lebih 50 persen pemilih di pemilu mendatang didominasi oleh anak muda.
Baca juga: Hasil Survei 6 Lembaga, Elektabilitas PDIP dan Gerindra Bersaing
Saras sendiri yakin, dengan pendidikan politik yang ada saat ini, kelompok muda yang didominasi oleh Generasi Milenial dan Generasi Z dapat menyaring informasi yang mereka dapat.
Sehingga tak mudah termakan oleh hoaks atau pun kampanye hitam.
"Punya kemampuan untuk me-filter apa yang mereka dapatkan, saya kira ini menjadi salah satu hal yang disukai oleh Gen Z, karena Gen z enggak menyukai politik konfrontatif yang hanya debat kusir," ungkapnya.
"Mereka menginginkan pemilu yang bicara gagasan dan saya yakin kita sebagai corongnya menjadi kekuatan luar biasa mengingat kekuatan politik di sini 46 persen," ujar Saras.