News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

3 Kader PDIP Pernah Nyatakan Dukung Prabowo Maju Capres, Termasuk Budiman Sudjatmiko

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Setidaknya ada 3 kader PDIP yang pernah menyatakan dukungannya terhadap Prabowo maju capres.

TRIBUNNEWS.com - Politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko, menyatakan dukungannya terhadap bakal calon presiden (bacapres), Prabowo Subianto, Jumat (18/8/2023).

Deklarasi tersebut sekaligus menginisiasi relawan Prabowo-Budiman Bersatu (Prabu).

Budiman Sudjatmiko menegaskan mendukung Prabowo Subianto secara pribadi.

"Di sini saya tidak membawa partai, saya bersama (relawan) Prabu mendukung sosok Prabowo, bukan partainya," kata dia di Marina Convention Center Kota Semarang, Jumat sore, dilansir TribunJateng.com.

Diketahui, Budiman bukan kader PDIP pertama yang menyatakan dukungannya pada Prabowo.

Baca juga: Mengingat Sinyal Awal Budiman Sudjatmiko Dukung Prabowo, Pernah Bandingkan dengan Ganjar

Ada juga kader PDIP yang mendukung Prabowo pada Pilpres 2014 dan 2019 silam. Siapa saja?

1. Mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Rustriningsih

Pada Pilpres 2014 silam, Rustriningsih sudah menyatakan dukungannya terhadap Prabowo Subianto.

Kala itu, Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa melawan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK).

Rustriningsih mengaku keputusannya mendukung Prabowo-Hatta Rajasa dilakukan tanpa ada komunikasi dengan PDIP.

"Jadi kalau komunikasi memang tidak ada. Untuk diri saya memang menjadi debatable," ungkap Rustriningsih usai bertemu Hatta, Kamis (3/7/2014), dikutip dari TribunJateng.com.

Lebih lanjut, Rustriningsih mengungkapkan alasannya membelot dari partainya untuk mendukung Prabowo.

Secara tak langsung, ia mengisyaratkan kekecewaannya terhadap PDIP terkait pergantian antar waktu (PAW) Ganjar Pranowo sebagai anggota DPR 2009-2014.

Ganjar yang terpilih sebagai Gubernur Jawa Tengah, menurut Rustriningsih, seharusnya digantikan oleh suaminya, Soni Achmad Saleh, di DPR RI.

Mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Rustriningsih. (TRIBUN JOGYA/ Bakti Buwono)

"Suami saya Pak Soni, posisi dia adalah sebagai calon legislatif PAW yang seharusnya mengganti Pak Ganjar."

"Tapi, KPU mengisi sesuai keinginan DPP. Jadi yang seharusnya Pak Soni, diganti Bu Ida," katanya.

Tak hanya itu, kekecewaan Rustriningsih saat PDIP lebih memilih Ganjar untuk maju Pilgub Jateng pada 2013, juga dinilai menjadi salah satu faktor mantan Bupati Kebumen ini membelot.

Dukungan Rustriningsih terhadap Prabowo masih berlanjut hingga Pilpres 2019, saat Ketua Umum Gerindra itu berpasangan dengan Sandiaga Uno.

Padahal, saat itu Rustriningsih diketahui belum mengundurkan diri sebagai kader PDIP.

Meski demikian, Rustriningsih sudah tak lagi dianggap sebagai kader partai banteng itu sejak Hatta Rajasa berkunjung ke kediamannya di Kebumen pada 2014 silam.

Baca juga: PDIP Disebut Belum Solid Dukung Ganjar Usai Budiman Merapat ke Prabowo

2. Eks Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Kwik Kian Gie

Mantan Menteri Koordinator Ekonomi Kwik Kian Gie menjawab pertanyaan wartawan usai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Selasa (6/6/2017). Kwik Kian Gie diperiksa terkait kasus penertiban surat keterangan lunas (SKL) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Pakar Ekonomi sekaligus eks Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tahun 1999-2000, Kwik Kian Gie, menyatakan kesiapannya menjadi penasihat ekonomi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno saat Pilpres 2019 silam.

Meski begitu, Kwik kala itu enggan disebut secara resmi bergabung dengan tim pemenangan Prabowo-Sabdi lantaran masih tercatat sebagai kader PDIP.

Kwik pun membeberkan alasannya bersedia menjadi penasihat ekonomi Prabowo-Sandi.

Hal ini bermula saat masa Pilpres 2004, Kwik membuat catatan berjudul Platform Presiden yang berisikan pemikiran-pemikirannya, khususnya di bidang ekonomi.

Catatan itu memuat pemikiran Kwik yang diyakini harus dilakukan oleh seorang presiden.

Sayang, kata Kwik, catatan itu hanya mendapat respons dari Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

"Sama sekali tidak (ada respons, kecuali Megawati). Dari Sekjen (partai) tidak, dari litbang juga tidak. Dari siapapun tidak," ujar Kwik saat memberikan keterangan seusai bertemu Prabowo di kediaman Ketua Umum Partai Gerindra itu, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (17/9/2018) malam, dilansir Kompas.com.

Lalu, pada Pilpres 2019, Prabowo adalah orang pertama yang bertanya padanya mengenai isu ekonomi saat itu.

Bahkan, disebut Kwik, Prabowo memiliki ketertarikan dan perhatian besar pada catatan yang dibuatnya.

"Nah, lalu Pak Prabowo mengajak saya berdiskusi. Jadi logis 'kan kalau dengan sendirinya bicara dengan Pak Prabowo lebih dulu," kata Kwik.

Di kesempatan yang sama, Prabowo menilai Kwik sebagai ahli ekonomi sekaligus mantan pejabat yang berpengalaman sangat baik.

Selain itu, bagi Prabowo, Kwik dianggap bisa memberi masukan dan sumbangan pemikiran dalam mengatasai kesulitan ekonomi saat ini.

Baca juga: Dukungan Budiman Sudjatmiko ke Prabowo Dinilai Upaya Tepis Isu Pelanggaran HAM

"Waktu 2009 juga beliau penasihat saya dan juga terus menerus, karena memang dari awal saya satu pemikiaran dengan beliau," ucap Prabowo.

"Saya menilai beliau ekonom yang punya dasar teori yang kuat, diikuti oleh dasar pengalaman, praktisi, pelaku ekonomi yang juga kuat," sambungnya.

Meski begitu, PDIP tak mempersoalkan tentang pertemuan Kwik dan Prabowo kala itu.

Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, menilai sah-sah saja Kwik memberi masukan untuk Prabowo sebagai ahli ekonomi.

"Pak Kwik sendiri kan sudah menyatakan, beliau diminta untuk memberikan masukan-masukan, ya masukan boleh-boleh saja," ujar Hasto di Posko Cemara, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018).

"Sekali lagi, pertemuan-pertemuan itu merupakan hal yang biasa dalam pemilu, saling bersilaturahim itu merupakan kultur kita sebgaai bangsa. Tidak harus segala sesuatunya dikaitkan dengan politik," tegasnya.

3. Mantan Aktivis 1998, Budiman Sudjatmiko

Politisi PDI Perjuangan, Budiman Sudjatmiko saat melakukan wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra di gedung Tribun Network, Jakarta, Selasa (15/8/2023). Pada wawancara tersebut Budiman Sudjatmiko menjelaskan alasan pertemuannya dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan perkembangan politik jelang Pemilu 2024. (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Eks aktivis 1998 yang juga politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko, mendeklarasikan dukungan terhadap Prabowo Subianto dengan memperkenalkan relawan Prabowo-Budiman Bersatu (Prabu) di Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (18/8/2023).

Di kesempatan itu, Budiman mengungkapkan alasannya lebih memilih Prabowo dibanding bacapres PDIP, Ganjar Pranowo.

Budiman menuturkan Indonesia membutuhkan pemimpin yang strategik.

Terkait hal itu, Budiman mengaku belum melihatnya dari sosok Ganjar Pranowo.

"Indonesia butuh kepemipinan yang strategik. Pak Ganjar baik, bukan buruk ya."

"Tapi, Indonesia butuh kepemimpinan yang strategik untuk hari ini," tutur Budiman usai mendeklarasikan relawan Prabowo-Budiman Bersatu (Prabu) di Marina Convention Center, Kota Semarang, Jumat.

Lebih lanjut, Budiman menilai di masa mendatang Indonesia butuh pemimpin yang bisa melihat keadaan global seperti kondisi ekonomi, teknologi, perang, dan masalah-masalah lainnya.

Baca juga: Gerindra Terbuka Budiman Sudjatmiko Gabung Jadi Kader Setelah Dukung Prabowo Capres

"Kita butuh kepemimpinan yang punya visi misi jangka panjang yang bisa menyelesaikan masalah kerakyatan," lanjutnya.

Kesamaan pikiran dengan Prabowo Subianto turut menjadi alasan Budiman Sudjatmiko mendukung Ketua Umum Gerindra itu.

Bagi Budiman, Prabowo memiliki semangat yang sama dengan dirinya dan para aktivis yang berjuang untuk kedaulatan rakyat Indoensia.

Budiman mengaku ia terinspirasi dengan pikiran-pikiran Prabowo yang tertuang dalam bukunya berjudul "Paradoks Indonesia".

Dari buku itu, Budiman menyadari ia dan Prabowo memiliki semangat yang sama, meski 25 tahun lalu keduanya berseberangan.

"(Pada) 25 tahun yang lalu, Pak Prabowo menjalankan tugas negara, saya dan teman-teman menjalankan tugas sejarah. Dulum terpaksa kita ada di kubu yang berbeda," kata Budiman.

"Tapi, setelah 25 tahun, saya terinspirasi setelah membaca buku 'Paradoks Indonesia' yang diberikan oleh Pak Prabowo, ditulis oleh Pak Prabowo."

"Kok semangatnya sama seperti yang dulu saya dan teman-teman aktivis perjuangkan untuk kedaulatan rakyat Indonesia," imbuh dia.

Berangkat dari kesamaan semangat, Budiman berharap ia dan Prabowo bisa mewujudkan masa depan bersama rakyat Indonesia.

"Jadi, sudah saatnya tugas sejarah harus menyatu dengan tugas negara. Dan karena itu pula, saya memahami isi pikiran Pak Prabowo Subianto," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Dewi Agustina, TribunJateng.com/Budi Susanto) (Kompas.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini