Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Suamampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat sekaligus Direktur Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti menyebut kecil kemungkinan bergabungnya Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto dalam satu koalisi.
Alasannya, kedua bakal calon presiden (bacapres) tersebut memiliki elektabilitas yang tinggi.
"Orang yang sama-sama dapat memenangkan Pilpres malah disatukan enggak masuk logika," ujar Ray dalam diskusi di Kantor Formappi, Jakarta Timur, Rabu (27/9/2023).
Ray pun mempertanyakan siapa pihak yang bakal mengalah menjadi bakal cawapres apabila koalisi tersebut terbentuk.
Ia menilai kedua pihak enggan menjadi cawapres.
"Masa sih PDIP menjadi orang kedua rasanya enggak pernah kebayang," jelasnya.
Baca juga: Survei Voxpol: Elektabilitas Para Capres Belum Ada yang Meyakinkan, Duet Prabowo-Ganjar Mustahil
Selain itu, baik Ganjar dan Prabowo telah memiliki pendukung yang solid.
Kehadiran koalisi itu diyakini bakal ditinggalkan pemilihnya.
"Alih-alih mereka mendukung, mereka (memilih) golput, karena kecewa pola dengan ini," katanya.
Baca juga: Jokowi Disebut Jadi Pihak yang Paling Happy jika Duet Prabowo-Ganjar Terjadi
Sejauh ini poros politik di Indonesia kerap berada di tengah-tengah dan tidak ada yang lebih condong ke sisi kiri atau kanan.
Sehingga menurut Ray tidak ada ancaman serius yang mengharuskan Ganjar berpasangan dengan Prabowo.
“Semuanya, sekarang ada di tengah, enggak ada satupun bacapres yang keliatan berani menonjolkan kekananannya, walaupun meski ada saja yang ke kanan. Jadi tidak ada ancaman yang sangat serius yang membuat keduanya (Prabowo dan Ganjar) harus disatukan,” tandasnya.