Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua TKN Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani menganggap bahwa kandidat capres dan cawapres yang menjadi lawan politiknya bukanlah musuh.
Pihaknya pun tetap mengedepankan politik tanpa menjatuhkan lawan.
Hal tersebut disampaikan Rosan dalam acara bedah buku 'Politik Gemoy: Keberpihakan Pemuda Kepada Prabowo-Gibran' di Area 47, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (4/1/2023) sore.
"Musuh kita bukanlah Anies-Muhaimin maupun Ganjar-Mahfud. Tapi musuh kita adalah kemiskinan, keterbelakangan, dan hal-hal yang menghambat kemajuan bangsa," ucap Rosan seperti dibacakan Komandan TKN Prabowo-Gibran, Arief Rosyid.
Bahkan, kata Rosan, Prabowo sudah menyatakan secara terbuka jika terpilih menjadi Presiden akan merangkul semua pihak.
Baca juga: TKN Prabowo-Gibran Bicara Berkah Demokrasi Sikapi Munculnya Tagar AsalBukanPrabowo
Sebaliknya, jika beliau tidak terpilih, maka Eks Danjen Kopassus itu akan mendukung yang dipilih rakyat.
Menurutnya, ketulusan membangun Indonesia itulah yang menyentuh hati rakyat.
Kerendahan hati dari Prabowo dan Gibran untuk tidak membalas serangan dan ejekan secara agresif mendapat simpati.
"Itulah awal mula politik gemoy. Keinginan Presiden Jokowi dan para ketua partai di Koalisi Indonesia Maju agar Pemilu 2024 berlangsung damai dan adem menemukan bentuk visualnya dalam "gemoy". Pak Prabowo bukan sosok yang menakutkan. Politik bukan ranah yang menyeramkan. Mewujudkan Indonesia Emas tidak harus dengan kening yang berkerut," katanya.
Baca juga: Prabowo Jawab Kritik IKN Dibangun Pakai Uang Negara Fantastis: Jangan Termakan Brain Washing
Sementara itu, Komandan TKN Pemilih Muda Prabowo-Gibran (Fanta) Arief Rosyid Hasan mengatakan, peluncuran buku ini menjadi jawaban atas tudingan yang menyebut bahwa Prabowo-Gibran hanya bisa sekadar joget saja.
"Peluncuran buku ini sekaligus menjawab tuduhan atau cacian bahwa tim Prabowo-Gibran ini cuma bisa joget saja," kata Arief.
Arief menjelaskan, buku Politik Gemoy berisi gagasan-gagasan politik Prabowo-Gibran yang mengutamakan pengembangan pemuda.
Salah satunya dengan menempatkan anak muda dalam posisi strategis menyambut bonus demografi Indonesia sebagai titik awal menuju Indonesia Emas 2045.
"Kesuksesan kita memperoleh bonus demografi, kalau anak mudanya tidak lagi sekedar jadi pemanis dan peraup suara di panggung politik," kata Arief.