News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilgub DKI Jakarta

Analisa: Pengamat Sebut Keunggulan Pramono-Rano di Jakarta Indikasi Mesin Politik KIM Plus Tak Solid

Penulis: Reza Deni
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase foto paslon Pramono Anung-Rano Karno dan paslon Ridwan Kamil-Suswono. Pramono Anung-Rano Karno mendeklarasikan telah menang satu putaran dalam Pilkada Jakarta 2024, tapi kubu Ridwan Kamil-Suswono menolak kalah.

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs, A Khoirul Umam menilai kemenangan sementara Pramono Anung-Rano "Si Doel" Karno atas Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) di Pilkada Jakarta 2024 mengindikasikan bahwa basis mesin politik KIM Plus tidak solid. 

"Kekompakkan KIM Plus bak kawin paksa, di mana aspirasi kepentingan partai-partai pengusung tampaknya kurang terakomodasi," kata Umam dalam pesan yang diterima Tribunnews, Kamis (28/11/2024).

Akibatnya, meskipun diawali dengan optimisme yang tinggi, Umam menyebut mesin politik RIDO  akhirnya melempem jelang pencoblosan. 

Tak hanya soal mesin politik, dari sisi pemilih, Umam melihat para pemilih di Jakarta cenderung relatif jauh lebih memiliki literasi politik yang lebih baik, sekaligus lebih pragmatis. 

"Sehingga masyarakat DKI relatif paling mudah berubah-ubah pilihannya, sesuai basis isu dan narasi yang berkembang," kata dia.

Di sisi lain, Umam menilai Pramono-Rano terlihat lebih disiplin dalam kampanye lapangan maupun narasi. 

"Di saat yang sama, kedekatan Pramono-Rano dengan Anies yang menjadi simbol perlawanan terbuka pada kekuatan politik yang mengorkestrasi dominasi peta politik Jakarta, mampu mengkonsolidasikan basis pemilih loyal Anies untuk mendukung Pramono-Rano, yang mana banyak di antara mereka beririsan dengan basis pemilih loyal PKS," kata dia.

Kondisi tersebut, dikatakan Umam, ditambah dengan kedekatan Pramono secara pribadi dengan Jokowi maupun dengan Prabowo, sehingga sel-sel politik keduanya juga tampaknya tidak dilepas untuk menghancurkan pilar-pilar politik Pramono.

"Hal ini menegaskan bahwa strategi Ketum PDIP Megawati untuk memasang Pramono di Jakarta sangatlah tepat, di mana pemegang remot kekuasaan bisa dibuat gamang untuk menghabisi calon dari PDIP yang dikeroyok ramai-ramai, mengingat kedekatan personal mereka selama ini," kata dia.

Sementara itu, dia mengatakan dalam teknis dan narasi kampanye yang pendek ini, terjadinya slip of tounge Suswono tentang "janda" yang berhasil dipolitisir lawan dengan argumen teologis, mengindikasikan paslon tersebut kurang disiplin. 

"Belum lagi materi-materi kampanye Ridwan Kamil di fase awal didominasi oleh materi-materi gimik, layaknya Mobil Curhat, bantuan kopi untuk yang terkena PHK, yang mana model-model semacam ini sebelumnya berhasil digunakan di politik Bandung dan Jawa Barat, kini ternyata tidak mempan dijual di masyarakat Jakarta," kata Umam.

Akumulasi dari semua itu, dikatakan Umam, berhasil mengantarkan Pramono-Rano menjadi kuda hitam yang sukses mengunguli RIDO. 

"Meskipun belum konklusif 1 putaran, namun moril politik PDIP dan Pramono-Rano sangatlah tinggi. Ini bisa menjadi bekal yang baik untuk pertarungan lanjutan jika dipaksa untuk  masuk di putaran kedua," pungkasnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini