TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Muntiari bersama suami, anak, dan dua pekerja terlihat sedang bekerja cepat memproduksi opak gadung di rumahnya.
Suaminya, Hariyanto (50), yang baru pulang mencari pakan kambing dari kebun langsung membantu menjemur opak gadung di halaman depan rumah.
Dua pekerja wanita Muntiari tampak cekatan mengupas gadung. Putri semata wayangnya merajang gadung yang selesai dikupas.
Sedang Muntiari sendiri bertugas menaburkan abu yang sudah dicampur garam pada rajangan gadung. Abu dan garam itulah resep menetralisir racun yang terkandung di dalam gadung.
Gadung adalah jenis tanaman umbi, yang jika salah-salah mengolah, bisa menimbulkan petaka mematikan bagi yang mengonsumsinya.
Suasana sibuk itu terlihat di Dusun Tegalrejo Sadeng, Desa Karangbendo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Dusun Tegalrejo Sadeng merupakan sentra produksi opak gadung di Kabupaten Blitar. Menjelang Ramadan dan Lebaran, hampir semua warga Dusun Tegalrejo Sadeng memproduksi opak gadung.
"Hampir semua warga di sini (Dusun Tegalrejo Sadeng) memproduksi opak gadung saat menjelang Ramadan dan Lebaran," kata Muntiari (47), produsen opak gadung di Dusun Tegalrejo Sadeng, Kamis (16/3/2023).
"Beberapa hari ini cuacanya cerah, semua produsen di sini ngebut memproduksi opak gadung," ujar perempuan yang sudah hampir 26 tahun memproduksi opak gadung.
Cepat dan lambatnya produksi opak gadung memang tergantung cuaca. Ketika cuaca cerah, proses produksi opak gadung hanya membutuhkan waktu tiga sampai empat hari.
Para produsen membutuhkan sinar matahari untuk menjemur opak gadung.
"Kalau cuaca panas seperti ini, proses produksinya hanya butuh tiga hari. Kalau cuaca mendung atau hujan, bisa sampai lima hingga seminggu," katanya.
Selain cuaca, bahan baku juga menjadi faktor penentu jumlah produksi opak gadung. Sebab, para produsen mengandalkan kiriman gadung dari luar kota.
Gadung untuk produksi opak gadung mayoritas didatangkan dari daerah Jawa Tengah. Sebab, meski menjadi sentral produsen opak gadung, Dusun Tegalrejo Sadeng bukan penghasil gadung.
"Kalau bahannya dapat banyak dan cuacanya cerah, langsung kami olah. Seperti hari ini, saya dapat bahan gadung tiga kuintal, semua langsung kami olah," katanya.
Tiap menjelang Ramadan dan Lebaran, Muntiari rata-rata bisa mengolah dua sampai tiga kuintal gadung per hari.
Karena, permintaan opak gadung selalu meningkat tiap menjelang Ramadan dan Lebaran.
"Untuk penjualan, biasanya langsung diambil pengepul. Kalau ada yang pesan langsung, juga kami layani. Tapi, kebanyakan diambil pengepul," ujarnya.
Menurutnya, harga opak gadung juga naik tiap menghadapi Ramadan dan Lebaran. Harga opak gadung yang masih krecek bisa mencapai Rp 23.000 per kilogram.
Sedang kondisi normal, harga opak gadung hanya berkisar Rp 17.000 per kilogram sampai Rp 20.000 per kilogram.
"Hanya saja, pas menjelang Ramadan dan Lebaran, bahan bakunya juga agak sulit," katanya.
Hariyanto, suami Muntiari menambahkan ada sekitar 200 warga yang memproduksi opak gadung di Dusun Tegalrejo Sadeng.
Para produsen mayoritas menjual opak gadung ke pengepul di desanya. "Kami rata-rata hanya pembuat (produsen), penjualannya langsung ke pengepul," katanya.
Hariyanto mengatakan proses pengolahan opak gadung membutuhkan waktu tiga sampai empat hari dengan catatan cuaca cerah.
Proses pengolahan opak gadung dimulai dengan mengupas gadung. Gadung yang sudah dikupas kemudian dirajang.
Setelah dirajang, gadung ditaburi abu yang dicampur dengan garam. Abu untuk menaburi gadung juga pilihan, yaitu, abu merang atau abu pelepah tebu.
"Kalau salah pilih abu, proses pembuatan opak gadung bisa gagal," ujarnya.
Setelah ditaburi abu campur garam, rajangan gadung disimpan dalam karung untuk didiamkan semalam agar lemas atau lentur.
Besoknya, rajangan gadung yang sudah lentur baru dijemur sampai kering. Setelah kering, gadung dimasukan lagi dalam karung untuk dicuci di sungai.
Selesai dicuci, gadung direndam lagi semalam di sungai."Gadung direndam semalam di sungai untuk melepaskan racunnya," katanya.
Setelah direndam semalam, gadung diangkat dibawa pulang untuk dicuci lagi sampai bersih. Selanjutnya, gadung dikukus selama tiga jam.
"Setelah dikukus, dijemur lagi sampai kering. Kalau sudah kering berarti sudah jadi opak gadung," katanya.
Kepala Desa Karangbendo, Khoirul Anam mengatakan ada ratusan warga di dua RT, yaitu RT 02 dan RT 03 masuk RW 13 di Dusun Tegalrejo Sadeng yang menjadi sentral produsen opak gadung.
Para warga memproduksi opak gadung sejak lama secara turun temurun. Setiap menjelang Ramadan dan Lebaran, hampir semua warga di dua RT itu memproduksi opak gadung.
"Produksi opak gadung ini bisa meningkatkan ekonomi masyarakat di Dusun Tegalrejo Sadeng. Mereka sudah bertahun-tahun secara turun temurun memproduksi opak gadung," katanya.(Tribunnews.com/TribunMataraman/Samsul Hadi)
ARTIKEL INI JUGA T AYANG DI ;
Baca Selanjutnya: Melihat sentra produksi opak gadung di blitar pesanan meningkat tiap menjalang ramadan