TRIBUNNEWS.COM, KONAWE UTARA – Dampak buruk penambangan ore nikel di Desa Boedingi, Lasolo Kepulauan, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, juga dirasakan anak-anak sekolah.
Murid-murid SD Negeri 3 Lasolo Kepulauan ini sering berjibaku membersihkan sekolahnya dari polusi debu tanah nikel yang menempel di bangku dan meja.
SD Negeri 3 Lasolo Kepulauan satu-satunya sekolah yang ada di Desa Boedingi. Letaknya tepat di samping blok perusahaan tambang nikel.
Polisi parah debu terjadi saat kemarau. Sedangkan di musim hujan, mereka akan melepas sepatu masing-masing demi tidak mengotori lantai sekolah.
"Terkadang mereka juga tidak fokus belajar," kata Jamal, Kepala Dusun I Desa Boedingi.
Baca juga: Terumbu Karang Desa Boedingi Konawe Utara Tertutup Lumpur Nikel Setebal Empat Meter
Baca juga: Warga Boedingi Konawe Utara Berhenti Melaut, Menganggur atau Jadi Buruh Pasir Ore Nikel
Ia mengungkapkan saat anak-anak sekolah mereka tidak akan fokus belajar karena melihat aktivitas pekerja tambang nikel.
Terlebih lokasi blok tambang nikel ini tepat berada di samping bangunan sekolah tanpa pembatas, sehingga suara-suara alat berat mengalihkan perhatian mereka dari guru yang mengajar.
Mereka sepertinya lebih tertarik lihat alat berat," imbuhnya sembari tersenyum.
Saat jurnalis Tribun Sultra Tribun Network memantau area Desa Boedingi yang hanya seluas 2,76 kilometer persegi ini, nampak anak-anak bermain riang di area pertambangan.
Bahkan lokasi pertambangan dijadikan sebagai lapangan sepak bola mereka.
Tanah merah yang menempel pada kaki setiap anak, namun tak membuat mereka terganggu untuk tetap semangat bermain bola.
Dalam situasi lainnya, sejumlah anak juga begitu asik berenang di tepi laut. Mereka nampak riang melompat dari atas pelabuhan kayu.
Saat diajak berbincang tentang malam tahun baru lalu, ternyata mereka turut merayakannya.
Kembang api yang dibeli dari kampung sebelah, dibawa ke desanya untuk dinyalakan.