TRIBUNNEWS.COM, CIAMIS – Setelah seorang pebisnis muda Jember sukses membuat keripik pare, di Ciamis juga ada sosok sama yang menorehkan sukses serupa.
Paria atau pare (Momordica charantia L) kerap dianggap produk pertanian yang “gagal”. Mungkin karena rasa pahitnya.
Padahal, sayuran paria dengan rasa pahitnya yang khas tersebut banyak manfaatnya. Baik manfaat secara kesehatan maupun manfaatnya secara ekonomi.
Hal tersebut dirasakan Kiki Mariati (41), ibu muda dari Kampung Madura Dusun Panimbang RT 13 RW 06 Desa Purwasari Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis.
Sejak 2019, sebelum masa pandemi ibu empat anak tersebut sudah memulai usaha pembuatan kerupuk paria atau paria krispi.
Sepahit-pahitnya paria, di tangan kreatif Kiki Mariati, paria diolah jadi kerupuk yang gurih kriuk-kriuk.
“Meski sudah gurih jadi keripik kriuk-kriuk, paria krispi tetap bercita rasa paria,” tutur Kiki Mariati kepada Tribunjabar.id Tribun Network, Jumat (2/6/2023).
Sehari-hari sebenarnya ibu empat orang anak tersebut sebenarnya adalah perajin jamur krispi.
Namun pada 2019, setahun sebelum masa pandemi Covid-19, sebagai penggemar sayur paria, Kiki punya ide inovasi.
“Kepikiran juga kenapa paria nggak diolah jadi camilan, dibikin kerupuk atau keripik. Seperti halnya jamur krispi. Atau yang lebih mirip, jengkol krispi (jengki). Jengkol yang punya cita rasa dan aroma yang khas bisa diolah jadi camilan berupa jengkol krispi. Makanya saya coba bikin paria krispi,” katanya.
Kiki mengaku sehari-hari ia memang penggemar sayur paria. Baik itu berupa oseng paria, buntil paria atau paria yang dikukus (dikulup). Bahkan juga hobi dengan siomay yang ada paria-nya.
Kemudian Kiki, melakukan uji coba membuat paria krispi. Ternyata, alhamdulilah ternyata sukses dan lahir lah produk paria krispi atau paria kriuk-kriuk. Camilan varian baru dari Ciamis.
“Tak hanya untuk camilan, bisa juga jadi lauk-pauk ,” ungkap Kiki.
Untuk mengolah buah paria jadi paria krispi menurut Kiki tidaklah terlalu sulit.
Menurut Kiki, tidak terlalu sulit untuk mendapatkan buah paria. Hampir setiap hari tersedia di pasar. Atau hasil bercocok tanam di kebun sendiri.
“Tapi jangan lupa, pilihlah buah paria yang berkualitas. Buah parianya harus lurus, dan cukup panjang dan warna nya masih hijau. Jangan yang sudah mendekati matang (terlalu tua),” terangnya.
Kemudian buah paria tersebut dipotong tipis-tipis mirip memotong singkong untuk diolah jadi kripik. Dipotongnya melintang, sehingga bentuk khas paria nya masih tampak.
Buah paria yang sudah dipotong-potong tipis tersebut kemudian direndam pakai air garam selama satu jam untuk mengurangi rasa pahit.
Setelah direndam, potong buah paria yang diiris tipis-tipis tersebut dicelupkan ke dalam tepung terigu yang sudah dioplos dengan penyedap rasa berupa royko rasa ayam.
“Dicelupkankan ke dalam tepung terigu yang sudah diberi penyedap rasa. Dicelupkan ke dalam tepung terigu yang masih kering. Bukan ke dalam adonan, atau tepung basah” imbuh Kiki.
Setelah dicelupkan ke dalam tepung terigu kering, potongan buah paria yang dipotong tipis-tipis tersebut langsung digoreng dalam minyak yang panas. Digorengnya tidak begitu lama, jangan sampai gosong.
Setelah digoreng, kemudian ditiriskan. Lantas ditabur penyedap rasa yang digemari. Misalnya varian rasa keju, rasa jagung manis, rasa barbeque, raas pedas, balado atau rasa ori.
“Ada 8 varian rasa yang saya bikin. Kemudian tinggal dikemas. Varian rasa yang paling digemari ternyata rasa barbeque,” katanya.
Untuk kemasan 85 gram, Kiki menjual produknya seharga Rp 15.000/kantong.
Tiap hari Kiki membutuhkan 5 kg buah paria untuk diiolah jadi paria krispi atau paria kriuk-kriuk.
Dari 1 kg buah paria bisa diolah jadi 7 ons krispi paria. Dengan kemasan khusus yang menarik peminat, paria krispi tersebut bisa tahan sampai 1 bulan.
Kiki memasarkan produk nya yang diberi merek dagang “Farhan Snack, Paria Krispi” (memakai nama anaknya yang nomor dua) secara online, lewat medsos. Juga melalui bazar, pengajian ibu-ibu dan pameran-pameran.
Seperti bazar UMKM arena “Ciamis Creative Festival” di Komplek IC Ciamis yang berlangsung sejak Selasa (30/5/2023) lalu sampai Minggu (4/6/2023).
“Alhamdulillah banyak juga peminat, terutama para penggemar buah paria. Kemarin ada yang borong sampai 20 kantong,” ujar Kiki.
“Pemasarannya memang masih terbatas. Belum masuk ke toko-toko kue atau pusat oleh-oleh,” tambahnya.
Meski pemasarannya masih terbatas, dalam sebulan menurut Kiki, dari usaha rumahan membuat camilan paria kriuk-kriuk tersebut ia bisa meraup penghasilan rata-rata Rp 4 juta sampai Rp 5 juta tiap bulan.
Dari berbagai literatur, sepahit-pahit buah paria, ternyata punya manfaat dan khasiat yang manis bagi kesehatan yang gemar mengkonsumsi nya.
Dalam 100 gram buah paria terkandung energi (29 kalori), protein (1,1 gram), lemak (0,3 gram), karbohidrat (6,6 gram) serat ( 1,5 gram), kalsium (45 mg), phosfor ( 64 mg), zat besi (1,4 mg), vitamin A (180 IU), vitamin B (0,08 mg), Vitamin C (52 mg), dan air (91,2 gram).
Juga terkandung sulfony lurea, sterolglikosida, asam trichosamat, momordicin, protein alfa momorclorin.
Dari berbagai bahan yang terkandung tersebut, menempatkan paria menjadi buah atau sayur yang banyak manfaat dan khasiat.
Seperti khasiat mencegah penuaan dini (awet muda), mengatasi kencing manis (DM), meningkatkan nafsu makan, meningkatkan fungsi pencernaan.
Bagi yang punya gejala gangguan ginjal (batu ginjal), sayur atau keripik buah paria bisa jadi pilihan.(Tribunnews.com/TribunJabar/Andri M Dhani)
ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ;
Baca Selanjutnya: Sepahit pahitnya pare di tangan kiki malah jadi keripik gurih krispi jadi kuliner pilihan ciamis