TRIBUNNEWS.COM, PADANG – Produk kerajinan kain songket dari Nagari Kubang pernah merajai pasar di era 70an hingga 90an.
Lalu mati suri. Kubang merupakan satu di antara kenagarian, yang wilayahnya terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Kubang, berjarak 22 kilometer dari Kota Payakumbuh, yang keberadaannya setara dengan beberapa nagari di sekitarnya lebih dikenali “Mudiak”.
Pada era tujuh puluhan hingga sembilan puluhan atau (1970-1990-an), Nagari Kubang dikenal sebagai produsen songket.
Saat itu, hampir di setiap sudut Nagari Kubang terdengar suara alat tenun yang menandakan saat itu sedang berlangsung produksi songket Kubang.
Pada masa itu, sebagian besar perempuan di Nagari Kubang bekerja menenun songket untuk membantu perekonomian keluarga.
Tidak heran bila produksi songket Kubang mampu mengangkat perekonomian masyarakat pada masa itu.
Sejumlah pengusaha tenun songket pun mampu membawa nama songket Kubang tidak hanya di Sumatera Barat atau Sumbar.
Keberadaan, songket tersebut juga dikenal hingga ke provinsi lain bahkan hingga ke luar negeri.
Sejauh ini, usaha itu tidak hanya mengangkat perekonomian masyarakat, tenun Kubang juga pernah mendapatkan penghargaan dari Presiden Republik Indonesia (RI) Soeharto.
Adapun penghargaan bernama Upakarti yang diterima oleh salah seorang pengusaha tenun Kubang yaitu Haji Thabrani.
Penghargaan Upakarti adalah penghargaan yang diberikan kepada orang-orang yang dianggap berprestasi atau berjasa di bidang industri kecil dan menengah.
Sayangnya, pascakrisis moneter 1997, harga bahan baku tenun songket mengalami kenaikan yang sangat tinggi sehingga menyulitkan bagi para pengusaha untuk melanjutkan usahanya.
Sejak saat itu, produksi tenun songket Kubang menurun secara perlahan hingga tahun 2000, hampir tidak ada lagi produksi sama sekali.
Gudang, yang merupakan sebutan untuk tempat para penenun berproduksi sudah ditutup.
Tidak lagi terdengar suara alat tenun yang biasanya meramaikan suasana perkampungan di nagari Kubang.
Selain di gudang, masyarakat juga ada yang bertenun di rumah masing-masing atau di bawah kandang rumah gadang.
Setelah mati suri selama hampir dua dekade, saat ini tenun songket Nagari Kubang kembali muncul ke permukaan dan mulai diperhitungkan oleh masyarakat.
Masih dengan menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), songket Kubang kini hadir dengan motif dan warna yang lebih variatif.
Wanita-wanita Nagari Kubang kembali menekuni kerajinan bertenun songket ditengah banyaknya aneka profesi yang ada saat ini.
Kemunculan kembali songket Kubang telah melanjutkan tradisi yang pernah ada dan mengangkat nama nagari Kubang sebagai salah satu pusat pengrajin tenun songket di Sumatera Barat.(Tribunnews.com/Citizen Reporter/Zahratul Ariija, Mahasiswa Prodi Sastra Inggris, FIB Unand)
ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ;
Baca Selanjutnya: Tenun kubang hasilkan songket dengan motif dan warna yang lebih variatif