TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seumur hidup, Teguh Hadi tak akan melupakan kejadian Minggu (22/1/2012) pagi. Rencana indah untuk berlibur bersama keluarga di kawasan Monumen Nasional (Monas) berubah jadi tragedi mengerikan.
Yusuf Sigit, putra tunggal Teguh, meninggal dalam dekapan sang ayah setelah tubuh mungil itu terpental dari gendongan sang ibunda lantaran sebuah mobil Xenia hitam bernomor polisi B 2479 XI menghantam 13 orang pejalan kaki di depan Kantor Kementerian Perdagangan.
Pria yang datang dari Jepara ini menuturkan sesaat sebelum kejadian, ia dan enam keluarganya hendak berkunjung ke Monas. Sejak pagi, mereka sudah berangkat dari rumah ibu Teguh di daerah Kali Pasir menuju Monas.
"Kami sudah di Jakarta sejak Jumat sore dan menginap di rumah ibu saya di Kali Pasir. Minggu kemarin, anak-anak pengin liat Monas," kata Teguh ketika dijumpai di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Senin (23/1/2012).
Rombongan keluarga ini berjalan santai dari arah Tugu Tani menuju Monas dengan posisi Teguh dan keponakannya, Kenny, berada di baris depan. Kemudian istri dan anaknya berada di belakangnya. Lalu adik, bibi dan keponakannya yang lain di baris paling belakang. Hanya dalam waktu singkat, siang yang menyenangkan bagi keluarga Teguh berubah menjadi siang kelabu.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai kuli ini melihat orang-orang tercintanya tergeletak berlumuran darah di berbagai penjuru. Secara spontan, ia langsung menggendong putranya yang terlempar dari gendongan istrinya. Kemudian, ia menghampiri satu per satu anggota keluarganya yang ternyata sudah tergeletak tak bernyawa dengan kondisi kepala belakang yang tak berhenti mengeluarkan darah. Ia juga terus berusaha membangunkan buah hati dalam dekapannya.
"Saya sudah tidak tau lagi mobil yang nabrak saya gimana. Yang saya tau, kami ditabrak setelah mobil itu nabrak anak-anak yang berjalan berlawanan arah dengan kami," ungkapnya lirih. Yang ia lakukan saat itu hanya ingin segera menyelamatkan anggota keluarganya.
Dalam kondisi panik dan tak percaya putra semata wayangnya telah tiada, ia masih terus berusaha memberikan botol susu untuk Yusuf. Namun bocah kecil itu tidak lagi merespon sang ayah dan dengan penuh kasih Teguh masih menggendongnya dan memberikan kecupan pada kening anaknya.
"Yah mungkin ini jalan dari Tuhan. Sudah dibawa ke Jepara dan saudara-saudara saya yang ngurus. Mau ke sana juga, tapi nanti istri saya siapa yang jaga. Dia juga kehilangan," ujarnya.
Menurutnya, setelah kondisi istrinya, Siti Mukaromah, membaik dan stabil, ia akan segera kembali ke Jepara dan tetap meneruskan hidup. Kendati demikian, ia masih berharap ada itikad baik dari pelaku yang mengakibatkan nyawa sembilan orang melayang begitu saja, untuk bertanggung jawab.
"Jangan lah lewat sms atau telepon. Tapi datang kemari ke masing-masing keluarga korban. Kami semua tidak tahu apa-apa dan menjadi korban," tuturnya.