TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo menyayangkan aksi mogok produksi perajin tahu dan tempe di wilayah ibukota.
Aksi mogok itu berdampak hilangnya tempe di pasaran beberapa hari belakangan.
"Saya minta perajin dan pedagang tahu dan tempe terus berproduksi," kata Gubernur Fauzi saat berkunjung ke RW 06, Kelurahan Pegangsaan, Jakarta Pusat, Rabu petang (25/7/2012).
Perajin tahu tempe melakukan aksi mogok produksi secara massal mulai Rabu (25/7/2012) hingga Jumat (27/7/2012).
Sekjen Himpunan Perajin Tahu Tempe Indonesia (Hipertindo) DKI Jakarta, Johan Fadil, mengatakan, aksi mogok produksi tahu tempe ini sebagai bentuk protes terhadap pemerintah yang tidak segera mengambil sikap mengenai kelangkaan bahan baku kedelai dan melonjaknya harga kedelai sejak Januari 2011.
Sebagai dampak dari kenaikan harga kedelai, perajin menjadi kesulitan untuk mendapatkan keuntungan.
Kenaikan harga kedelai ini sudah terjadi sejak Juli 2011 lalu. Saat itu, harga kedelai Rp 5.500 per kilogram. Pada akhir Januari harga naik menjadi Rp 5.700 per kilogram, Februari naik Rp 5.900 per kilogram, Maret Rp 6.300 per kilogram, April Rp 6.700 per kilogram.
Harga kedelai itu terus meroket, pada bulan Mei menjadi Rp 7.000 per kilogram. Pada bulan Juni harga kedelai sempat turun menjadi Rp 6.500 per kilogram, karena adanya aksi dari Primkopti.
Namun anehnya, saat ini harga kedelai kembali melambung hingga menembus Rp 8.100 per kilogram. Gubernur DKI Jakarta pun telah menyurati Menteri Perdagangan terkait mogok produksi tersebut dengan alasan kenaikan harga kedelai.
Fauzi mengatakan produksi kedelai dari Amerika Serikat memang turun. Akibatnya, harga kedelai yang masuk ke Indonesia melambung.
"Saya sudah bersurat ke Kemendag dan dinyatakan ini masalah import kedelai. Karena panen kedelai di Amerika kurang berhasil," katanya.
KLIK JUGA: