TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemilihan putaran kedua pilkada DKI Jakarta akan ditutup dalam hitungan jam. Lembaga survei sudah berlomba untuk menurunkan hasil polling bakal Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta periode 2012. Namun, lembaga survei bukanlah barometer.
Demikian disampaikan Politisi PKS Hidayat Nur Wahid. Menurut Hidayat, lembaga survei di putaran kedua tidak berkutik dan seramai pada putaran pertama. Karena prediksi mereka di putaran pertama banyak yang keliru.
“Kita lihat saja warga Jakarta akan memberikan keputusannya, dan survei memang beragam. Memang ada yang memenangkan salah satu pihak, dan memenangkan pihak lain. Apapun itu, lembaga survei bukanlah Tuhan yang menetukan segalanya,” ujar Hidayat usai mencoblos di TPS 13 dekat rumahnya, Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (20/9/2012).
Menurut Hidayat, lembaga survei juga jangan ditakuti sepert hantu. Hasil survei hanya salah satu barometer saja. Yang terpenting, lanjut Hidayat, jangan sampai lembaga survei mengambil alih kedaulatan rakyat seolah-olah mereka yang menentukan. Hal tersebut tidak boleh terjadi.
“Diharapkan lembaga survei melakukan perannya secara maksimal. Harusnya kalau pun ada quick count atau hitung cepat diumumkan setelah pencoblosan selesai, supaya tidak menggangu rasa kedaulatan dari rakyat yang akan memilih,” kata mantan calon gubernur DKI Jakarta ini.
“Kalau masih dalam proses mencoblos sudah ada yang mengumumkan quick count, pasti ada dampak psikologis negatif kepada yang diposisikan belum mendapat dukungan lebih banyak. Siapapun yang nanti dipilih warga Jakarta dalam konteks yang benar, tidak terjadi pelanggaran yang menghanguskan kedaulatan rakyat, kita akan mendukung,” tambahnya.
Berita Terkait: Pemilihan Gubernur DKI
- Pasien Bisa Tetap Memilih dengan Menujukkan Kartu Pemilih
- Hidayat Berikan Ucapan Selamat Pemenang Pilkada DKI
- Nunun: Saya Coblos Pak Adang
- Angie tak Tercantum dalam DPT di Rutan Pondok Bambu
- Ahok Masih Hadiri Pernikahan Sahabatnya di Hari Pencoblosan
- Persiapan Foke-Nara: Banyak Berdoa dan Nyekar