TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Ketua Satgas Perlindungan Anak M. Ihsan mengaku kaget dengan pertanyaan Mendikbud M Nuh saat menemui pelaku tawuran di kawasan Manggarai Rabu (26/9/2012) kemarin.
Ihsan menegaskan, penyataan mendikbud mengingatkan tentang teguran Presiden SBY beberapa waktu lalu yang menegur anak tertidur di acara peringatan Hari Anak. Cara komunikasi dengan anak yang dipertontonkan Mendikbud adalah contoh kecil pola komunikasi yang memicu agresifitas pada anak.
Banyak bentuk kekerasan yang dilakukan, Ikhsan mengingatkan, secara sadar maupun tidak sadar dilakukan oleh orang dewasa. Terhadap anak di rumah, sekolah maupun lingkungan.
"Bagaimana kita berharap anak-anak menjadi lembut dan penuh kasih sayang, jika kita tidak mampu memberi contoh kepada mereka," tukas Ihsan, Kamis (27/9/2012).
Untuk menurunkan agresifitas, kekerasan dan tawuran pada anak, Ihsan menambahkan yang paling utama adalah mengasuh anak dengan kasih sayang, menyapa dengan lembut.
Melihat anak dengan hati yang tulus dan cinta. Kekuatan cinta yang terpancar dari orang dewasa akan membuat anak menjadi lembut, penyayang dan bertanggung jawab.
"Selama ini kita terkjebak dengan bahasa formal dan slogan, tapi implementasinya jauh panggang dari api," lanjutnya.
Ihsan juga menilai usulan Mendikbud dan Menteri Agama untuk menambah mata pelajaran agama di sekolah tidak menjamin bisa merubah perilaku anak, justru akan menambah stres anak karena beban pelajaran bertambah.
"Materi agama seharusnya masuk dalam seluruh mata pelajaran dan dicontohkan oleh orang dewasa, bukan sebatas pengetahua," tegasnya.
Ihsan menilai pemerintah terlihat panik dan reaktif dalam merespon masalah tawuran, bukan berdasarkan asesmen yang mendalam mendengarkan keinginan dan kondisi anak, karena dalam waktu hampir bersamaan sudah 14 pelajar tewas akibat tawuran.
"Semoga kita semua bisa belajar dari anak untuk memasuki dunia anak sehingga kita bisa mengajak anak-anak mewujudkan dunia yang damai," tandas Ihsan.
Seperti diketahui, Rabu kemarin terjadi tawuran antar pelajar yang mengakibatkan Deny Januar, siswa kelas III SMA Yake tewas akibat dibacok.
Mendikbud M. Nuh kemarin sempat bertemu dengan pelaku pembacokan, seorang siswa SMA Yayasan Karya 66 (Yake) yang bernama AD. Dala kesempatan tersebut, Nuh sempat bertanya kepada AD, apakah pelaku puas menyebabkan korban terbunuh.
"Saya agak surprise, syok. Saya sempat tanya, puas mas membunuh korban? 'Saya puas pak'," kata Nuh dengan mata berkaca-kaca kepada wartawan, Rabu (26/9/2012) malam.
Menegaskan apa yang didengarnya, Nuh kembali bertanya kepada pelajar kelas XI SMK Kartika Zeni. "Puas pak, tapi agak menyesal," ungkap Nuh menirukan perkataan AD.
- DPR Pertanyakan Peran Sekolah dan Aparat Cegah Tawuran
- Kepala SMA Yayasan Karya Antisipasi Aksi Balas Dendam
- Deny Meninggal karena Melindungi Dua Temannya
- Adik Kelas Histeris saat Dengar Kabar Deny Meninggal
- Kadisdik DKI Rapat Bersama DPR saat Mendengar Kabar Buruk
- Mendikbud Buka Opsi Penyatuan SMAN 6 dan SMAN 70