TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mulai hari ini, Senin (1/10/2012), PT KAI Commuter Jabodetabek mulai memberlakukan kenaikan tarif baru KRL Commuter Line.
Kenaikan harga ditetapkan sebesar Rp 2.000 untuk setiap jurusan. Beragam tanggapan pun muncul dari para penumpang.
Marsha Lamia, karyawati swasta yang hampir setiap hari menggunakan jasa commuter line, mengaku tidak keberatan dengan kenaikan tarif selama PT KCJ bisa meningkatkan pelayanan.
"Tambah kereta pastinya. Penumpangnya jauh lebih banyak dari keretanya, kami harus desak-desakan kalau jam berangkat sama pulang kerja," ujar Marsha saat ditemui Tribun di Stasiun Depok Baru.
Keluhan serupa diungkapkan Meysha Almaya, juga karyawati swasta. Menurutnya, jangan sampai kenaikan tarif yang memberatkan, tidak diiringi peningkatan fasilitas kereta.
"Harapannya, fasilitas sesuai sama harga tiket yang makin naik," tutur Meysha.
Ketika ditanya apakah dirinya keberatan dengan kenaikan tarif sebesar Rp 2.000, Meysha menyatakan keberatan, tapi hanya bisa pasrah dan ikut ketentuan yang dilakukan PT KCJ.
"Sebenernya keberatan, tapi mau gimana lagi, mau pindah ke angkutan umum macet, naik ekonomi penuh enggak sanggup," paparnya.
Sementara, Corporate Secretary PT KCJ Makmur Syaheran menuturkan, terkait keluhan penumpang akan padatnya kereta pada jam berangkat dan pulang kerja, pihaknya mengaku sudah berupaya menambah armada secara bertahap.
"Saat ini armada kami ada sekitar 650-an. Kami juga akan terus menambah armada. Kami butuh biaya untuk itu, itulah kenapa kemudian tarif harus dinaikkan, karena commuter line merupakan angkutan non subsidi," jelas Makmur. (*)
BACA JUGA