News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tawuran Pelajar

Tingkatkan Kegiatan dan Fasilitas Ekstrakulikuler

Penulis: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siswa SMAN 70 mendengarkan pengarahan usai mengikuti upacara bendera di sekolah mereka di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, Senin (1/10/2012). Mereka kembali bersekolah setelah diliburkan selama lima hari karena peristiwa tawuran yang mengakibatkan satu siswa SMAN 6, Alawy Yusianto Putra meninggal dunia. KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peristiwa tawuran pelajar akhir-akhir ini membuat Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS, Almuzzammil Yusuf merasa prihatin. Menurutnya tawuran terjadi karena minimnya kegiatan dan fasilitas ekstrakurikuler di sekolah.

“Saya sangat menyayangkan maraknya tawuran pelajar diberitakan di media masa akhir-akhir ini. Jika tidak segera ditangani serius, ini bahaya bagi masa depan bangsa Indonesia,” ujar mantan Pengurus OSIS SMAN 4 Jakarta Tahun 1982-1983 ini, dalam siaran persnya, Kamis (4/10/2012).

Menurut Muzzammil, tawuran pelajar ini disebabkan oleh minimnya kegiatan dan fasilitas ekstrakurikuler pelajar dalam bentuk olahraga berat seperti sepakbola, futsal, badminton, dan beladiri/pencaksilat.

“Salah satu solusinya adalah meningkatkan kegiatan dan fasilitas ekstrakurikuler terutama bagi pelajar pria, untuk menyalurkan energi lebih mereka,” katanya.

Khusus bagi Pemerintah DKI Jakarta, menurut Muzzammil, bukan hambatan untuk membangun fasilitas olah raga dengan lahan yang terbatas. “Pemprov DKI punya dana APBD yang besar untuk bangun fasilitas olahraga dengan pola gedung bertingkat di sekolah-sekolah,” jelasnya.

Muzzammil menyarankan agar dihidupkan kembali pekan olahraga pelajar dan lomba-lomba antar pelajar lainnya.”Agar pelajar tidak jenuh dan stress dengan pelajaran sekolah,” katanya.

Selain itu, Muzzammil secara khusus mengkritik pernyataan Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang telah memberikan stigma negatif terhadap organisasi ekstrakurikuler seperti Rohis di SMA dan Kampus.

“Saya menilai Ketua BNPT tidak proporsional dan hati-hati. Untuk kesekian kali BNPT telah memberikan pernyataan yang ceroboh, berakibat buruk bagi organisasi Rohis di sekolah,” tegasnya.

Sebagai mantan Ketua Kontak Pelajar Merdeka Timur Jakarta Periode 1982-1983, ia menegaskan bahwa selama ini kegiatan organisasi Rohis di sekolah-sekolah bersifat positif.

“Rohis dari dulu sampai sekarang mengajarkan nilai-nilai kebaikan seperti rajin beribadah, hormat terhadap guru, saling bekerjasama dan membantu antar teman,” jelasnya.

Jadi, menurut Muzzammil, salah besar jika Rohis distigmatisasi sebagai sarang teroris.

“Rohis adalah solusi positif menekan tawuran pelajar dan Napza. Terbukti mayoritas aktifis Rohis sekolah banyak yang berprestasi baik secara akademik maupun dalam kegiatan OSIS,” kata mantan Pengurus Rohis SMAN 4 Jakarta ini.

Klik:

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini