Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Operator saringan sampah otomatis di seluruh Jakarta terpaksa gigit jari. Pasalnya, empat bulan sudah Pekerja Harian Lepas (PHL) belum juga mendapatkan upah kerja dari Dinas Pekerjaan Umum.
Salah satunya Slamet Riyadi (31), operator penjaga pintu sampah otomatis Cawang Kompor. Dirinya harus mensiasati uang untuk makan sehari-hari dengan mencari sampah-sampah plastik yang tergenang untuk mencukupi kebutuhannya.
"Nyaring sampah plastik saja, dapat dua karung, dijual Rp 20 ribu. Itu juga cuma bisa makan sehari-hari belum biaya kontrakan yang udah tiga bulan nunggak, berasa anak tiri," kata Slamet kepada Tribunnews.com di tempat kerjanya, Rabu (15/5/2013).
Pria bujang yang sudah bekerja dua tahun belakangan ini menuturkan, sebagai pekerja harian lepas dibawah Dinas Pekerjaan Umum (PU) masih mendapatkan gaji terakhirnya Bulan Desember 2012.
"Januari sempat ditalangin Kepala Kordinator Bapak Arifik Rp 1,5 juta, namun semenjak dia pensiun nasib kami sudah tidak jelas," lanjutnya.
Putus asa, Slamet bersama puluhan teman-temannya pun mendatangi kantor Dinas PU, sayang tak ada satu pun pejabat dari pejabat disana yang menemui mereka.
Hal senada juga diceritakan oleh Penjaga Saringan Sampah Cililitan, Iwan Maulana (31), yang belum mendapatkan upah dari bulan Februari-Mei 2013. Meski hanya seorang pekerja harian lepas, dirinya harus bekerja seperti biasa dikala pekerja lain dapat menikmati hari libur pada tanggal merah bersama keluarganya. Iwan mengaku ikhlas, pasalnya pekerjaan tersebut merupakan pengabdian kepada masyarakat.
"Kami hanya minta kejelasan, infonya Gubernur kan sudah mencairkan anggaran tapi kenapa kok kami belum di bayar sementara penjaga pompa sudah," tuturnya.