TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rastim (71) pedagang kopi yang ikut jadi korban penembakan misterius bersama Tito Refra Kei, bersikap tak seperti biasanya, sebelum dada kirinya diterjang peluru.
Pria asal Kuningan, Jawa Barat yang sudah berjualan kopi dan rokok di Jalan Utama Titian Indah RT 03/011, Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, Jawa Barat, lebih dari 20 tahun selalu makan, tidur, dan mengais rezeki di tempatnya berdagang.
Saat kejadian, anaknya, Popon, kebetulan sedang menemaninya. Padahal, biasanya Rastim sendirian menjaga barang dagangannya.
"Kebetulan adik saya sedang berada di sana saja," kata Abdul Rahman, anak pertama Rastim, saat ditemui Tribunnews.com di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat, Jumat (1/6/2013).
Berdasarkan keterangan adiknya, lanjut Rahman, saat kejadian sang ayah baru saja menunaikan ibadah salat isya di musala tak jauh dari warungnya.
Kemudian, tanpa firasat apa pun, ia kembali ke warungnya, dan melihat sudah ada Tito Kei bersama tiga temannya sedang bermain domino, lalu ia menontonnya.
"Biasanya dia tidak pernah nonton, meskipun di warung selalu dijadikan tempat bermain gaple," ujarnya.
Saat itu, Rastim mendengar suara letusan senjata api, dan melihat Tito Kei tersungkur.
"Ia refleks dan membalikkan badan, melihat pelaku dan langsung ditembak," ucapnya. (*)