Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasubdit Resmob Polda Metro Jaya, AKBP Herry Heriyawan memastikan penembakan terhadap Franciskus Refra alias Tito Kei (41) tidak ada kaitannya dengan kericuhan yang terjadi di Cafe Liquid, Semarang, Kamis (30/5/2013) lalu, sehari sebelum Tito Kei ditembak.
Untuk diketahui, sehari sebelum peristiwa ditembaknya Tito Kei, terjadi kericuhan antara warga Ambon dengan oknum TNI di Liquid, Semarang, Kamis (30/5/2013).
Rido Hehanusa (31), Warga Ambon yang dikabarkan terlibat keributan dengan oknum TNI di Liquid, Semarang, Kamis (30/5/2013), dini hari, ditemukan tewas dalam kondisi wajah dan tubuhnya penuh luka.
Sebelum ditemukan tewas, Rido dikabarkan terlibat keributan dengan orang yang diduga oknum anggota TNI di Liquid. Setelah terjadi keributan, Rido meninggalkan Liquid. Saat itu, Rido bersama temannya, Very pindah tempat nongkrong di E Plaza. Sesampai di E Plaza, Rido didatangi orang yang diduga oknum TNI. Kemudian, Rido dibawa pergi menggunakan taksi.
Teman Rido, Very mengaku kenal dengan satu dari beberapa orang yang menjemput Rido. Menurut Very, orang tersebut merupakan oknum anggota Banteng Raider.
"Peristiwa itu (penembakan Tito Kei) tidak ada kaitannya dengan yang di Semarang," tegas Herry, Senin (3/5/2013) di Mapolda Metro Jaya.
Herry juga mengaku pihaknya sudah menanyakan ke pihak terkait (anggota TNI yang berdinas di Jawa Tengah) dan hasilnya, sama sekali tidak ada kaitannya dengan kasus penembakan Tito.
Franciskus Refra alias Tito Kei (41) meninggalkan seorang istri, Ny Merlin. Anak mereka ada empat orang, si sulung Erlan Daniel Refra (11 tahun, kelas 5 SD), Frank Refra, Alexandra Refra, dan Frans Cheska Refra.
Tito Kei kelahiran Desa Tutren, Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku, 2 April 1971. Tito bersama Rastim (71), tewas ditembak orang tak dikenal di warung kopi di Jalan Utama Titian Indah, Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat 31 Mei sekitar pukul 20.45 WIB.