Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagian pemuda dan pemudi jika sudah lepas dari bangku SMA kadangkala menganggap biasa hari kemerdekaan. Dan bagi mereka, 17 Agustus sama dengan hari lainnya. Hanya saja yang membedakan yakni nuansa merah putih memang menghiasi tiap sudut kota.
Hal ini berbeda dengan apa yang selama ini tertanam dan memang ditularkan serta diturunkan dari generasi ke generasi di organisasi Karang Taruna, Jembatan Item.
Menurut penuturan Anjar (33) semangat kemerdekaan di kalangan karang taruna di Jembatan Item terus dipelihara, salah satunya dengan mentradisikan menyelenggarakan perhelatan panjat pinang dan gebuk bantal di Kalimalang.
"Disini merayakan dan memperingati kemerdekaan sudah jadi tradisi karang tarunanya mengadakan panjat pinang atau gebuk bantal. Dan kami dari senior selalu berpesan agar kegiatan ini sebisa mungkin terus dilakukan, jangan sampai dihilangkan," tutur Anjar.
Menurut Anjar, ia dan beberapa senior di karang taruna tersebut tidak mengalami kesulitan berarti mengumpulkan para pemuda untuk ambil bagian menyemarakkan kemerdekaan RI.
Diutarakan Anjar, pemuda di daerahnya masih memiliki semangat berkumpul dan solidaritasnya masih tinggi. Karena memang komunikasi yang terjalin baik dan sistem sosial yang masih baik.
"Mungkin karena memang disini sejak dulu karang taruna terus dibina, pemuda digalakkan jadi pemuda disini masih bisa diajak berorganisasi," kata Anjar.
Anjar juga menambahkan sejah bertahun-tahun lalu dengan beberapa tahun belakangan, tidak ada yang berbeda perayaan 17 agustusan di Jembatan Hitam. Pasalnya setiap tahun mereka selalu membuat acara panjat pinang.
Hanya saja dua tahun belakangan mereka tidak membuat acara karena saat 17 Agustus bertepatan dengan bulan puasa.
"Gak ada yang beda perayaan agustusan dulu sama sekarang. Sama saja, kami dari karang taruna tetap buat acara. Tapi memang dua tahun kemarin tidak ada acara karena 17an saat bulan puasa," terang Anjar.
Cara Pemuda Jembatan Item Gelorakan Semangat Kemerdekaan
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Gusti Sawabi
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger