TRIBUNnews.com, TANGERANG SELATAN - Adam Anggoro Seno merasakan firasat akan ditinggal Aiptu Kus Hendratno, ayahnya, untuk selama-lamanya. Selama tiga hari belakangan, putra kedua Kus ini selalu kepikiran tiap kali ayahnya berangkat patroli.
"Tiga hari belakangan ini, setiap bapak mau patroli perasaan saya selalu tidak enak," ujar Adam kepada wartawan di rumah duka Jalan Manggis II, Pondok Kacang, Tangerang Selatan, Sabtu (17/8/2013).
Adam yang masih duduk di bangku SMA ini terlihat paling sibuk. Adam lah yang menuntun ibu dan neneknya, membuka peti mati, tempat jasad almarhum Kus terbujur, setelah dilakukan otopsi di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Terakhir kali Adam berpamitan dengan ayahnya, terjadi Jumat (16/8/2013). Kepada Adam, Kus berpesan untuk menjaga adik bungsunya Anindia Chesta Kirani (6) yang kini duduk di bangku kelas I Sekolah Dasar.
Latarbelakang ayahnya sebagai seorang polisi, membuat pendidikan di tengah keluarga penuh ketegasan. Meski demikian, Kus tak pernah mendidik putra dan putrinya
Di matanya, sosok sang ayah memiliki kepribadian yang tegas, penuh disiplin dan baik. Tetapi, Aipda Koes tidak pernah mendidik putra putrinya dengan cara yang keras. Setiap peraturan yang dibuat, harus dijalaninya.
Aipda Kus meninggalkan tiga anak dan istrinya Anna Sunari Ngati (40). Jenazah korban rencananya akan dimakamkan di kampung halamannya, Wates, Yogyakarta. Kus meninggal setelah ditembak pelaku terduga terorisme.
Dikabarkan sebelumnya, Kus meninggal bersama temannya Bripka Ahmad Maulana, keduanya anggota Polsek Pondok Aren, saat baku tembak dengan pelaku yang diduga teroris, menurut Kapolda Metro Jaya, Irjen Putut Bayu Eko Seno.
Informasi yang dihimpun Tribunnews.com di lapangan, kejadian baku tembak terjadi di Jalan Graha Raya depan Masjid Bani Umar Kelurahan Perigi Baru, Kecamatan Pondok Aren, tak jauh dari Polsek Pondok Aren.