TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus penembakan Briptu Ruslan Kusuma di Cimanggis, menjadi satu bukti bahwa polisi makin tidak mampu mengendalikan keamanan Jakarta sebagai ibu kota negara.
Menurut Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, polisi makin kehilangan wibawa.
Jika pelaku penembakan tidak segera ditangkap, katanya, maka dikhawatirkan satu atau dua minggu ke depan, akan terjadi lagi kasus penembakan terhadap polisi, dan menjadi tren kejahatan yang berkepanjangan.
Sebab itu, IPW mendesak Polda Metro Jaya segera membentuk tim khusus yang bertugas mengungkap, memburu, dan menangkap penembak polisi.
"Tim itu bisa terdiri dari aparat polda dan aparat Mabes Polri, serta dibantu aparat dari BIN maupun Kodam Jaya serta Mabes TNI," ujar Neta dalam keterangan pers yang diterima Tribunnews.com, Sabtu (14/9/2013).
Kerja sama Polri, TNI, dan BIN, lanjutnya, diperlukan. Mengingat, Jakarta adalah pusat pemerintahan yang penanganan sistem keamanannya perlu ekstra ketat.
Sehingga, aksi-aksi kejahatan, terutama yang bersenjata api, tidak meluas. Selain itu, tujuan utamanya agar kasus penembakan ini bisa segera diungkap, pelakunya ditangkap, dan aksi-aksi penembakan disudahi.
"Jika kasus-kasus penembakan ini tidak segera diungkap, percayalah, aksi-aksi penembakan terhadap polisi akan terus terjadi dan makin marak," tuturnya.
Bukan mustahil, paparnya, para pejabat Polri dan pejabat pemerintah juga akan menjadi sasaran penembakan.
Neta menilai, maraknya aksi penembakan polisi seakan menunjukkan Jakarta seperti wilayah 'tak bertuan'. Kondisi ini bisa dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk mengacaukan situasi Jakarta, terutama menjelang Pemilu dan Pilpres 2014.
"Bervariasinya modus penembakan terhadap polisi belakangan ini, menunjukkan bahwa mulai banyaknya pihak yang 'ikutan' menjadi pelaku penembakan. Sepertinya, para pelaku menantang polisi," beber Neta. (*)