TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua korban penyanderaan di Taman Sari, Jakarta Barat mengaku masih trauma dan masih mengkhawatirkan keselamatannya.
Salah satu korban yaitu Mazani khawatir jaringan dari kelompok pelaku ini akan menangkap istri dan anaknya yang berada di Cilacap.
"Saya takut, karena mereka itu jaringannya luas, saya takut jaringannya yang di sana sandera anak dan istri saya. Mereka juga kan pernah ancam perkosa istri dan potong jari anak saya," tuturnya.
Mazani pun masih mengingat saat-saat dirinya disiksa oleh para pelaku. "Penyiksaan yang paling saya inget dan buat trauma itu, yang waktu dipopor senjata di ulu hati saya, sama ditendang pakai sepatu PDL, sepatu yang biasa dipakai security. Kalau dipukul di tangan atau kaki bisa cepat reda sakitnya, tapi kalau dipopor di ulu hati, aduh sakitnya bukan main," ucap Mazani.
Ia mengambil hikmah atas kejadian buruk yang menimpanya ini. "Hikmahnya banyak sekali. Intinya, saya harus lebih waspada, lebih hati-hati terkait soal utang-piutang dan memberi kepercayaan kepada orang," kata Mazani.
Setelah bebas dari penyekapan, Mazani mengaku saat ini sangat merindukan istri dan anaknya yang berada di Cilacap. Sebab, ia meninggalkan rumah tanpa diketahui oleh keluarga.
"Yang paling dirindukan itu ketemu anak dan istri. Anak saya satu, usianya baru lima setengah tahun. Saya rindu ingin kumpul, ingin ketemu mereka. Karena sewaktu saya pergi, mereka enggak tahu saya ke mana," kata Mazani.
"Sebab, waktu saya dijemput paksa dari rumah dengan diborgol dan mata ditutup, pagi itu istri saya sedang mengantarkan anak ke sekolah. Jadi, pasti pas pulang mereka enggak cuma lihat rumah sudah kosong. Mereka pasti bingung sudah berapa hari ini saya menghilang," imbuhnya.
Selama dalam penyekapan, Mazani juga mengaku tak bisa menelepon istrinya. Mazani pun selalu teringat wajah istri dan anaknya saat malam datang di ruang penyekapannya. Karena itu, ia mengaku 'lega' sewaktu polisi datang membebaskannya dari penyekapan.
"Hati saya langsung plong betul waktu polisi datang. Saya langsung peluk pak polisi-pak polisi itu. Kata mereka, sudah, tidak usah takut lagi. Tapi, tetap saja saya ketakutan. Sampai sekarang juga masih takut," ucapnya.
Tak ada nazar khusus dari Mazani kendati saat ini sudah bisa bebas dari penyekapan dan penyiksaan yang dilakukan kelompok pelaku. Keinginan Mazani saat ini hanyalah bertemu dan berkumpul kembali dengan istri dan anaknya.
"Saya cuma ingin nanti lebih banyak waktu untuk anak dan istri. Dari kejadian ini, ternyata saya jadi tahu arti sebuah waktu untuk keluarga," ucap Mazani sembari menitikkan air mata.
Berbeda dengan Mazani, Ali mengaku punya nazar berupa berkurban dan berziarah ke makam orang tuanya di Lubuk Linggau.
"Yang pertama saya mau kurban, dan ziarah dan doa ke orang tua. Tapi, kurban nunggu uangnya cair dulu," kata Ali.