Laporan Wartawan Tribunnews.com Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Disekap dan disiksa selama 1,5 bulan, membuat berat badan Ali Sunan Arifin turun drastis 17 kilogram.
Selama disekap, Ali hanya diberi makan sekali dalam empat hari. Itu pun hanya kerak nasi tanpa lauk dan sayur.
Hingga Kamis (19/9/2013), belum ada keluarga Ali dari Lubuk Linggau, Sumatera Selatan yang membesuknya di Polsek Tamansari, Jakarta Barat. Namun Ali sudah bersyukur karena sudah bisa berkomunikasi melalui telepon dengan istrinya.
Suara istrinya sementara menjadi penghibur dirinya, lantaran selama 1,5 bulan hidup di ruang berukuran 1 x 1 meter di loteng milik PT Banteng Jaya Mandiri (BJM) yang terletak di sebuah Ruko Nomor 120-D, Jl Hayam Wuruk, Jakarta Barat.
"Berat badanku turun 17 kilogram gara-gara disiksa sampai rasanya aku sudah merasa sudah mati. Kalau Mas (Ahmad) Mazani ini beratnya turun 3 kg," ujar Ali Arifin kepada Tribun di Mapolsek Tamansari, Kamis malam.
Pria berusia 49 tahun ini, sangat kangen dengan istri, tiga dan dua cucunya. "Waktu aku telepon, istriku bilang enggak bisa ke sini, seperti enggak akan bisa ke sini, karena nunggu cucu," ujarnya lirih.
Ali menceritakan, ia dulunya adalah penjual beli bibit dan jual beli buah. Ia lantas berkenalan dengan Hendra dan kemudian menjadi anak buah Hendra di PT API. Soal utang piutang Rp 500 juta yang dituduhkannya, Ali mengaku tidak tahu.
Sejak pergi 4 Agustus 2013 dari rumahnya di Lubuk Linggau, istrinya tidak tahu kemana ia pergi. "Aku waktu pergi, bilang pamitnya urusan proyek di Jakarta," jelas Ali Arifin.
Ali awalnya bersama Hendra dijemput oleh beberapa orang dari rumahnya. Begitu di dalam mobil, Tangan Ali diborgol selama perjalanan dari rumahnya menuju Jakarta.
"Sama grupnya si Hendra saya dipaksa ikut ke sini. Sementara, enam orang lainnya (bagian kelompok pelaku) turun di daerah Bekasi," ujar Ali.
Sesampainya di Jakarta, Ali dipaksa menandatangani surat pernyataan yang mengharuskannya menyerahkan uang Rp 500 juta, yang disebutkan sebagai pencairan untuk proyek dari PT Andalan Global. Arifin lantas menuruti permintaan kelompok orang tersebut lantaran disiksa dan di bawah ancaman todongan pistol dan pisau.