Laporan Wartawan Tribunnews.com Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ali Arifin mengaku, sedikit lega sekaligus kasihan, saat kali pertama Ahmad Zamani disekap bersamanya di sebuah ruko Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Barat.
Kepada Tribun, Sabtu (22/9/2013), Ali kala itu merasa lega karena kedatangan Zamani diharapkan bisa mengendurkan siksaan fisik yang diterimanya. Ia mengira, kebrutalan Komisaris Utama PT BJM Kwan Zein Kuanda cs kepadanya akan teralihkan kepada Zamani.
Namun, Ali salah perkiraan. Kekejaman Zein, aktor intelektual penyekapan, kepadanya tak berhenti kendati ada "mainan" baru sebagai sasaran pelampiasan kemarahannya.
Menurut pengakuan Ahmad Zamani, suatu ketika, bos PT BJM itu justru memerintahkan dan memaksa dirinya dan Zamani untuk berduel. Bila menolak, keduanya akan dihajar habis-habisan. Keduanya, akhirnya menuruti permintaan sang bos.
"Waktu dia (Ali Arifin) turun dari tangga, saya kira dia orang gila. Habisnya, muka dan pakaiannya sudah kucel. Lalu kami diadu, disuruh berkelahi di (lantai) bawah. Saya sudah ketakutan, karena lawan saya lebih besar, sementara tangan saya kecil," kenang Zamani.
Duel itu, diawali oleh Ali yang melayangkan tinjunya ke Zamani. Tak berselang lama, Zamani diperintahkan Zein untuk membalas pukulan tersebut.
Namun, Zamani ketika itu sempat berpikir tak tega memukul Ali yang usianya lebih tua. Tapi apa boleh buat, Zamani melesakkan tinjunya ke perut Ali lantaran tak ingin kembali disiksa Zein Cs.
"Saya memukul perutnya secara pelan. Eh, si Zein malah bilang, kok nonjoknya pelan banget. Pas ketiga, terpaksa saya nonjok lebih keras, Pak Ali langsung jatuh. Saya kalau mengingat hal itu, jadi kasihan kepada Pak Ali," tutur Zamani.