TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suara seruling (sulim) lembut mengalun memecah keheningan malam gelap seakan menghipnotis ratusan perantau dan penikmat musik dan seni Batak di Jakarta.
Alunan seruling yang dimainkan Suhardi Munte berjudul "Andung Parsirangan" ciptaan mendiang Tarzan Simamora membuka penampilan tujuh anak muda "Batara Guru Junior" di Tapian Nauli, Taman Mini, Jakarta, Jumat (18/10/2013) dini hari.
Ratusan masyarakat Batak di tanah rantau yang haus akan musik asli Batak serasa kian larut saat sulim berpadu dengan tabuhan gendang, petikan kecapi dan pukulan gong serta tiupan serune, juga keyboard. Musik pun kian rancak membuat ratusan pecinta musik Batak yang sudah terhipnotis dari awal tak dapat menahan diri untuk menari tor-tor Batak.
"Luar biasa, seakan di kampung halaman," tutur Chandra Lingga, seorang pekerja swasta kepada Tribunnews.com.
Sementara itu, Moratua Sipahutar, Pendamping kelompok Musik Etnik Batak di bawah Dianta Production mengaku sudah mempersiapkan penampilan maksimal untuk melepaskan dahaga pencinta musik uning-uningan Batak di Jakarta.
"Kami, Bataraguru Junior berupaya maksimal menampilkan show musik etnik Batak, untuk memuaskan kerinduan masyarakat Batak di Jakarta," kata Moratua Sipahutar, Pendamping kelompok Musik Etnik Batak "Bataguru Junior".
Bataraguru Junior dengan personelnya, Nardi Simamora di Garantung, Suhardi Munte di Seruling, Ampi Simamora di Taganing, Leo Nainggolan di Hasapi (kecapi), Jahibul Sitinjak di Sarune, Chandra Pasaribu di Hesek, Lidya Tambunan sebagai vokalis, dan Waren Sihotang di keyboard mampu menggoyang ratusan pengunjung yang sudah sejak malam menanti penampilan mereka.
Lagu-lagu opera batak yang pernah dikembangkan seorang Maestro batak, Tilhang Gultom pun dilantunkan. Ditambah aneka lagu modern yang dimainkan secara musik tradisional.
Rindu akan lagu-lagu batak pun membawa sejumlah pengunjung turut tampil berkolaborasi dengan Batara Guru Junior.
Kepada Tribunnews.com, Moratua Sipahutar mengatakan seluruh personel Bataraguru Junior merupakan anak muda. "Kecintaan dan rasa tanggung jawab mereka terhadap budaya asli membuat mereka berkumpul dan berkreasi di musik etnik Batak," ungkapnya.
Hal itu dibenarkan Ampi Simamora, pemain tagading. Menurutnya, serangan budaya urban serta kurang pedulinya orang tua di Ibukota di zaman sekarang semakin membuat kita khawatir apakah mempercepat kepunahan budaya daerah Batak akan dimakan zaman.
"Guna menjaga warisan nenek moyang Batak maka pewarisan budaya harus terus berjalan dan tidak boleh berhenti dalam kondisi apapun. Dan itu menjadi komitmen kami," tegas Ampi.
Dia juga mengaku untuk menjaga komitmen dan tanggung jawab melestarikan budaya leluhur melalui musik etnik batak, Bataraguru Junior harus mengorbankan diri dan waktu. Baik untuk latihan maupun tampil mengisi sejumlah acara bernuansa budaya. Termasuk untuk mengisi acara-acara undangan dari negara tetangga.
"Bagi kami komitmen menjaga dan melestarikan budaya batak sudah menjadi prinsip. Siapa lagi yang menajaga dan mewariskan budaya yang usianya sudah ribuan tahun ini kalau tidak kaula muda," cetusnya.
Dia juga mengaku guna merealisasikan cita-cita ini, Batara Guru Junior sudah tampil di sejumlah even baik bertitel nasional maupun undangan kenegaraan negara tetangga. Seperti saat Hari Kemerdekaan Venezuela beberapa waktu lalu, di Hotel Gran Melia, Jakarta, dan Cinta Tano Batak Show baik di Airman, Hotel Sultan maupun Hotel Ambhara.