News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

KRL Tabrak Truk Tangki

YLKI: Santunan Korban KRL Harus Manusiawi

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tiga jenazah pegawai PT Kereta Api Indonesia (KAI) korban kecelakaan antara kereta rel listrik (KRL) commuter line dengan truk tangki BBM Pertamina di perlintasan Pondok Betung, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Senin (9/12/2013) kemarin, disalatkan di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (10/12/2013) sore. Selanjutnya ketiga jenazah, yakni jenazah masinis, Darman Prasetyo, asisten masinis, Agus Suroto, dan teknisi, Sofyan Hadi diberangkatkan ke daerah asalnya masing-masing untuk dimakamkan. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, meminta pemerintah lebih serius dalam memberi santunan kepada korban kecelakaan kereta. Ia menilai, santunan yang diberikan kepada korban saat ini masih sangat kecil dan tidak layak.

Dalam kecelakaan kereta, sebut Tulus, keluarga korban diberi santunan sebesar Rp 85 juta. Jumlah santunan itu berasal dari Jasa Raharja Rp 25 juta, dan Jasa Raharja Putera Rp 60 juta.

Di negara lain, angka santunan jauh lebih besar. Misalnya di Singapura, santunan kecelakaan diberikan kepada korban atau keluarga korban sebesar Rp 1,3 miliar.

"Harus diperbesar uang santunannya, Rp 85 juta seorang itu belum cukup, santunan harusnya bisa lebih manusiawi," kata Tulus, dalam diskusi "Bencana di Rel Kereta", di Cikini, Jakarta, Sabtu (14/12/2013).

Uang santunan yang besar, kata Tulus, perlu diberikan kepada korban atau keluarga korban mengingat hampir seluruh korban kecelakaan merupakan kepala keluarga. Fakta ini menunjukkan bahwa kecelakaan berpotensi menimbulkan keluarga miskin baru ketika kepala keluarga menjadi korbannya.

Untuk kecelakaan kereta, Tulus mencatat, setiap tahunnya menimbulkan korban jiwa sebanyak 31.000 orang. Jumlah ini bisa saja bertambah jika infrastruktur tidak diperbaiki dan kesadaran masyarakat tidak ditingkatkan.

"Kereta seharusnya jadi tulang punggung transportasi, tapi ketika tidak dibenahi, maka publik akan tetap memilih kendaraan pribadi," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini